Lihat ke Halaman Asli

Orang-orang Kaya yang Sabar

Diperbarui: 17 Juli 2018   01:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di suatu siang, seperti biasa, saya mengendarai kendaraan saya yang beroda tiga, hendak mengantar orderan ke pelanggan-pelanggan yang semuanya baik hatinya serta murah rejekinya.

Ketika saya melewati sebuah SPBU alias pom bensin, terlihat antrian  mobil di situ. Wah mungkin sedang terjadi kelangkaan BBM nih, pikir saya.

Kebetulan saya lagi mau isi bensin, jadinya saya lihat dulu, apakah semua lajur pada ngantri. Ada lajur pertalite,ada lajur pertamax, premium,dll. Kalo semua lajur penuh, rencana saya nggak jadi ngisi bensin aja. 

Tapi setelah saya amati, ternyata  tidak semua lajur penuh. Lajur pertamax dan pertalite nggak begitu antri. Karena lajur pertalite sedang ngisi jerigen-jerigen penjual bensin eceran, maka saya langsung masuk lajur pengisian pertamax. Sementara lajur premium antrian mobil mengular hingga ke jalan raya.

Sedangkan pada lajur pertamax cuma ada antrian dua motor. Motor yang depan, ibu-ibu PNS, lagi bayar, tinggal satu motor di depan saya, bapak-bapak, dIa nggak lama, cuma ngisi dua puluh ribu, langsung giliran saya. Saya isi tangki full dengan pertamax, cuma dua puluh tujuh ribu, langsung starter, jalan, sambil menoleh sedikit ke antrian mobil di lajur pengisian premium. Sabar amat yak.... 

Kemuadian saya lanjutkan perjalanan saya mengantar orderan yang lumayan lah hehehe....

Sori kalo ceritanya bertele-tele. Sebenarnya saya cuma ingin mencurahkan apa yang muncul dalam benak saya setelah ngisi bensin. Dan saya rasa setelah membaca sekelumit kisah perjalanan saya di atas,  kalian pun, kompasianers, mungkin punya pikiran yang sama. 

Kita semua faham bahwa harga premium 6600, pertalite 7500, pertamax 9500. Makin murah, makin besar subsidi dari pemerintah, begitu juga sebaliknya. Begitu juga harga mobil yang relatif mahal. Kita faham bahwa pemiliknya pasti punya tingkat ekonomi yang tinggi.

Akan tetapi kalo saya tengok  wajah-wajah mereka di SPBU tadi, nampak tersirat bagaikan wajah orang-orang yang sabar menahan lapar di antrian pembagian makanan gratis, padahal di sebelahnya ada restoran yang cukup lengang. 

Kalo miskin oke lah sabar ngantri. Lah ini punya mobil, pasti punya banyak duit, makanya bisa beli mobil ntah kontan atau kredit yang jelas sangguplah beli pertamax. Tapi kenapa mereka begitu sabar ngantri menunggu uluran tangan dari pemerintah berupa subsidi bensin seperti kesabaran orang-orang miskin kelaparan yang rela berdesak-desakan menunggu makanan dibagikan, sementara lajur pertamax cukup lengang?

Jangan berprasangka buruk dan macam-macam, anggap saja mungkin mereka hanya ingin menjadi orang-orang yang sabar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline