Lihat ke Halaman Asli

Lemahnya Perhatian Pemerintah (Permasalahan Ekonomi Indonesia)

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Pembahsan kali ini terkait dengan salah satu artikel yang saya akses disalah satu situs. Yang berjudul “RAKYAT JADI KAMBING HITAM KEGEMARAN IMPOR PEMERINTAH”. Artikel ini menarik, karena menjelaskan tentang impor pangan yang tidak terbendung. Permasalahan ini meluas ketika lahan pertanianyang tergerus, jumlah penduduk meningkat tajam sehingga bergesernya pola konsumni rakyat.

Iman pambagyo yang dikenal sebagai Direktur Kerjasama Perdagangan Internasional Kementrian Perdagangan mengaku selama ini banyak keluhan masyarakat tentang membanjirnya barang impor. Namun, penyebab impor itu adalah permintaan masyarakat sendiri.

Manurut Iman, tingginya impor saat ini karena kurangnya sisi suplai dari dalam negeri. Hal senada juga dilontarkan oleh Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan. Rusman, mengakui permintaan komoditas pangan domestic cukupberagam dan tidak dapat dipengaruhi oleh produksi dalam negeri. Artinya apa? Akan banyak akibat yang terjadi. Ketika pembahsan ini menyebar, impor yang berlebihan melahirkan adanya inflasi, pengangguran dan kemiskinan meluap. Mengapa? Infalsi merupakan salah satu masalah ekonomi akibat harga-harga naik secara umum dan terus menerus. Pada tahun 2011 sebesar 3,7%. Permintaan barang dan jasa tidak diimbangin dengan kemampuan produksi dan kenaikan biaya produksi. “Hal ini akan menimbulkan penurunan daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa”. Tidak hanya inflasi, sudah dikatakan sebelumnya. Pengangguran dan kemiskinan menjadi masalah kompleks akibat adanya impor yang berlebih. Jumlah angkatan kerja di Indonesia tahun 2012 mencapai 120,4 juta jiwa. Sementara itu, jumlah pengangguran pada bulan February 2012 sebantak 7,1 juta jiwa turun dari sebelumnya yaitu sebanyak 7,7 juta jiwa. Data ini diperoleh dari hasil BPS.

Hal ini jelas terlihat, sempitnya lapangan pekerjaan dan gaji yang tidak sesuai. Jika dikaitkan dengan artikel yang sudah dijelaskan di awal, kebiasaaan buruk Indonesia adalah tidak berusaha memperbaiki. Ketika permintaan meningkat, hal yang selalu diunggulkan ialah “bagaimana caranya, agar permintaan cepat terpengaruhi?. Satu-satunya jalan yang sering dilakukan adalah mengimpor barang. Mengapa? Karena tidak membutuhkan tenaga kerja banyak, gaji tidak terlalu dipikirkan, lahan produksi, biaya pemasaran dan lain-lain.

Bahkan alas an tersebut bisa diatasi sebenarnya. Dengan cara membuka usaha dan memperkerjakan pengangguran yang sejatinya mengharapkan pekerjaan. Dengan hal seperti itu, tidak menutup kemungkinan produk Indonesia bisa GO International. Apakah ide tersebut dapat memperkecil pengangguran? Otomatis ya, jika ya, maka kemiskinan bisa diatasi. Polemic yang pelik bisa terselesaikan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline