Lihat ke Halaman Asli

oyib sulaeman

Dosen IAILM Suryalaya Tasikmalaya

Assesmen dalam Kurikulum Merdeka: Sebuah Transformasi dalam Penilaian Pembelajaran

Diperbarui: 5 Oktober 2024   11:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kurikulum Merdeka, sebagai sebuah inovasi dalam dunia pendidikan Indonesia, membawa angin segar dalam berbagai aspek pembelajaran, termasuk dalam hal asesmen. Konsep asesmen yang selama ini cenderung kaku dan berorientasi pada hasil akhir, kini bertransformasi menjadi sebuah proses yang lebih holistik, berpusat pada murid, dan berkelanjutan. Prinsip-prinsip asesmen dalam Kurikulum Merdeka menjadi landasan bagi guru dan pendidik dalam menilai perkembangan belajar siswa secara komprehensif.

Salah satu prinsip utama asesmen dalam Kurikulum Merdeka adalah berpusat pada murid. Asesmen tidak lagi sekadar memberikan nilai, melainkan sebagai alat untuk memahami kebutuhan, minat, dan gaya belajar masing-masing siswa. Dengan demikian, asesmen dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun program pembelajaran yang lebih individual dan relevan. Aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dinilai secara seimbang, sehingga memberikan gambaran yang lebih utuh tentang perkembangan mereka.

Selain itu, Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya keberagaman metode asesmen. Guru diberikan kebebasan untuk memilih dan menggabungkan berbagai metode asesmen yang sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran dan kebutuhan siswa. Hal ini memungkinkan guru untuk menciptakan suasana belajar yang lebih menarik dan menantang bagi siswa. Asesmen yang beragam juga dapat mengurangi ketegangan siswa terhadap ujian dan mendorong mereka untuk lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran.

Prinsip asesmen formatif dan sumatif juga menjadi bagian integral dari Kurikulum Merdeka. Asesmen formatif dilakukan secara berkala selama proses pembelajaran untuk memberikan umpan balik kepada siswa dan guru. Umpan balik ini sangat penting untuk membantu siswa mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan mereka, serta untuk memberikan arahan bagi perbaikan. Sementara itu, asesmen sumatif dilakukan di akhir suatu periode pembelajaran untuk mengukur pencapaian siswa secara keseluruhan.

Asesmen dalam Kurikulum Merdeka juga berorientasi pada tujuan pembelajaran. Setiap asesmen dirancang untuk mengukur pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Dengan demikian, asesmen dapat menjadi alat untuk memastikan bahwa pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan.

Implikasi bagi Praktik Pembelajaran

Penerapan prinsip-prinsip asesmen dalam Kurikulum Merdeka memiliki implikasi yang signifikan bagi praktik pembelajaran di kelas. Guru perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam merancang dan melaksanakan berbagai jenis asesmen. Selain itu, guru juga perlu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa untuk menunjukkan kemampuan mereka secara optimal.

Tantangan dan Peluang

Meskipun Kurikulum Merdeka menawarkan banyak manfaat, penerapan prinsip-prinsip asesmen dalam praktik masih menghadapi beberapa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya sumber daya dan pelatihan bagi guru. Selain itu, perubahan paradigma dalam asesmen juga membutuhkan waktu dan adaptasi bagi semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran.

Namun demikian, Kurikulum Merdeka juga membuka peluang bagi guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam merancang pembelajaran. Dengan menerapkan prinsip-prinsip asesmen yang tepat, guru dapat menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan bagi siswa.

Kesimpulan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline