Lihat ke Halaman Asli

oyesubchan

pencari ilmu dari lepas dari buaian bayi hingga liang kubur

Branding Halal Tourism untuk Bali, Apakah Perlu?

Diperbarui: 3 Maret 2019   19:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Judul di atas hanya numpang tenar saja terhadap jualan kampanye yang  di lontarkan oleh cawapres Sandiaga Uno dan sementara ini hanya ada suara penolakan yang muncul dari masyarakat Bali, di artikel ini saya tidak akan membahasnya. Soal bagaimana dan seperti apa industri pariwisata bali di kelola merupakan benar-benar masalah dan urusan  internal orang bali yang di lindungi oleh undang undang, sebagai orang luar saya tidak perlu ikut campur. Namun lucunya ada kompasioner yang berusaha menjejalkan ide Sandiaga Uno dengan memakai angka-angka yang aduh hai menggiurkan kemudian menuduh dengan memakai istilah gagal paham atau tidak paham terhadap orang yang menolak gagasan itu seolah-olah hanya dia saja yang punya akal untuk memahami suatu perkara, padahal penolakan itu disertai alasan yang sederhana dan faktual.

Artikel ini  hanya membicarakan  tentang Bali sepanjang pemahaman subyektif saya berdasarkan masa tinggal saya mulai pertengahan akhir 2001 sampai 2008. saya tertarik merantau ke Bali karena terdorong untuk melihat secara langsung apa yang di katakan oleh buku teks pelajaran PMP di Madrasah Tsanawiyah ( setingkat SMP ) bahwa masyarakat bali adalah relegius, hindu bagi masyarakat bali tidak hanya dibicarakan tapi di laksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Kesan pertama memang begitu menggoda karena inilah saya pertama kalinya saya merantau jauh meninggalkan kampung halaman, dan juga sepintas apa yang dikatakan buku teks pelajaran PMP saya terbukti, saya melihat di setiap rumah orang bali pasti di lengkapi sanggah ( tempat melakukan sembahyang bagi orang hindu Bali ), kalau keluarga kaya sanggahnya besar dan mewah terbuat dari batu bata merah khas bali yang berbeda textur dan warna dengan batu merah di kampung saya, bagi yang kaya sanggahnya juga di kasih ornamen yang terbuat dari batu alam, apa bila keluarga bali pas-pasan maka sanggahnya pun berbentuk biasa saja terbuat dari batu alam bahkan kalau kebetulan keluarga itu miskin sanggahnya pun ala kadarnya saja terbuat dari bambu. Tapi pada intinya setiap rumah di bali pasti ada sanggahnya.

Makin lama saya berkesimpulan untuk berinteraksi dengan orang bali umtuk mengenal lebih dekat tentang budaya dan adat isti adat bali, akhirnya saya punya teman orang bali, pertanyaan yang pertama kali saya ajukan adalah benarkah orang bali sangat relegius? tapi teman saya tidak yakin untuk menjawab dan hanya mengatakan yang intinya setiap orang sama saja ada  yang sangat tekun untuk menjalankan perintah agama, ada sekenanya saja malah ada yang sama sekali tidak kena, hehehe. Lain kesempatan saya pun mengajukan pertanyaan yang sama kepada teman yang lainya. kali ini jawabanya sangat mantap bahwa orang bali memang sangat relegius, alasan temen saya bali punya banyak ritual keagaman. Jawaban teman saya ini dalam pikiran saya memang terbukti selama saya di Bali dalam seminggu tidak terhitung jumlahnya saya menjumpai iring-iringan di jalan raya dalam rangka upacara keagamaan, yang pria pakai udeng selembar kain kebanyakan warna putih di ikatkan di kepala menutupi kepala bagian atas, sejenis blangkon dalam budaya jawa. Akibat dari seringnya iring-iringan upacara keagamaan maka tidak heran jalan-jalan besar di perkotaan sering mengalami kemacetan parah. pada kesempatan yang lain lagi saya mengajukan pertanyaan yang sama kepada teman yang lain dan kali ini jawabanya agak ragu-ragu sambil mengatakan kalau relegius tidak tapi Bali adalah tempat yang aman.

Awalnya saya agak tidak percaya dengan jawaban teman yang satu ini bahwa orang bali tidak relegius tapi bali adalah tempat yang aman, perlu lumayan waktu untuk memahami jawaban teman saya ini. mungkin teman saya ini gemar menonto berita di TV yang sering memberitan tindak kriminal berupa pencurian, perampokan , pemerkosaan dan macam-macam tindak kriminal lainya yang terjadi di kota kota besar di indonesia. kalau saya amati kalau bali di katakan aman tidak ada keraguan jawaban saya adalah iya memang benar, di bali yang namanya pencurian sangat jarang terjadi kalau ada kasus pencurian hampir di pastikan pelakunya orang luar Bali, bagi  yang tidak punya garasi mobil dan motor biasa di parkir di depan rumah baik siang dan malam tidak khawatir di ambil pencuri, bahkan dahulu kala toko -toko di tinggal pulang hanya di tutup pintunya tanpa di kunci. memang tergambar jelas bali memang tempat aman dan damai. Keamanan yang sangat terjaga dengan baik, keindahan alam yang sangat memanjakan mata, hati dan pikiran serta kekayaan seni dan budaya bali yang sangat menonjol di antara semua wilayah yang ada di Indonesia menjadikan bali tempat pariwisata unggulan tingkat dunia yang tentunya bermanfaat tidak hanya untuk orang Bali semata tapi Indonesia secara umum.

Pulau bali memang luar biasa lengkap sempurna, pulau yang kecil tapi mempunyai semua jenis atraksi wisata, di sebelah utara tepanya di Kabupaten Karangasem ada gunung agung yang masih aktif, di tempat yang lain ada danau totalnya ada dua danau besar di bali danau Batur dan danau Beratan dan ada yang lebih kecil namanya danau Tamblingan, dan masih banyak sekali wisata alam lainya, yang paling terkenal adalah pantainya yang berpasir putih yang lebar dan panjang nya puluhan kilo meter tanpa putus mulai pantai tuban yang bersebelahan dengan bandara internasional  Ngurah Rai di sambung ke barat ada pantai kuta ke barat lagi ada pantai tuban disambung kebarat lagi ada pantai seminyak, ke barat lagi ada pantai Perenan. 

 Memang pencurian sangat jarang terjadi dan bila ada hampir di pastikan pelakunya bukan orang bali tapi ada hal lain yang menurut saya sebuah paradok, di bali adalah hal lumrah seorang priya di bali menenggak minuman keras baik minuman keras tradisional maupun minuman keras, minuman keras sangat mudah di temukan di bali dan juga mudahnya di jumpai penjual togel. dan yang lebih mengherankan saya remaja Bali biasa melakukan hubungan sex di luar nikah sehingga ada kalimat mencari perawan dan perjaka di bali seperti mencari jarum yang jatuh di tumpukan jerami ( SAYA TIDAK PUNYA MAKSUD APA APA SAYA HANYA MENULIS PENGALAMAN SELAMA SAYA TINGGAL DI BALI, KOREKSI DAN KRITIK SANGAT DI HARAPKAN)

Itulah sekelumit tentang bali menurut pandangan subyektif saya, kalau bali di katakan sempurna tentu tidak tapi Bali merupakan aset yang sangat berharga tinggi bagi negara Indonesia tercinta, sepatutnya kita tidak mencampuri urusan dan hak orang bali yang di lindungi undang undang, sudah cukup lah orang luar bali menyakiti hati mereka berupa BOM BALI SATU DAN BOM BALI DUA.

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline