Lihat ke Halaman Asli

Aku dan Langit

Diperbarui: 13 Agustus 2018   18:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku tengadah memandang langit dan mataku terpejam anganku pergi jauh kesela-sela awan

Aku berharap titik titik tertahan memendungkan harap menjaring asa kunjung penghujan 

Aku terbiasa berlari dalam hujan, langit di kepalaku terus mengatakan, ayolah buka sandalmu rentangkan tangan dan teruslah berputar 

Aku bergumam rupanya langit belumlah waktunya menggaris bumi, pelataran masihlah kering meski langit kelabu, belum saatnya hari menjadi basah

Aku dan langit sama sama memasang waktu. Memandangi rumput rumput telah menguning. Sementara mahoni tinggalah ranting

Aku tengadahkan lagi kepalaku ke langit, semua doa bertuju pada penguasa-Nya

Penguasaku dan langit itu

Cimahi,13 Agustus 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline