Lihat ke Halaman Asli

Yulius Roma Patandean

TERVERIFIKASI

English Teacher (I am proud to be an educator)

Pentingnya Komitmen Suami-Istri dalam Menumbuhkan Bonding Dengan Anak

Diperbarui: 24 September 2024   11:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersama istri dan anak-anak pada acara keluarga. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Kehadiran orang tua pada masa penting pertumbuhan dan perkembangan anak sangat penting. Terutama pada kondisi saat ini di mana anak-anak lahir, berproses dan bertumbuh di era teknologi informasi dan digital yang semakin masif. 

Bahkan, boleh dikatakan sejak calon anak berproses dari jabang bayi, orang tua sudah hidup dengan digitalisasi. Sembilan bulan dalam kandungan, anak telah secara tidak langsung hidup dengan teknologi digital karena aktifitas ibunya.

Ketika anak lahir pun, ia langsung diperkenalkan ke dunia luas lewat postingan wajahnya di dunia maya via media sosial. Sehingga tidak mengherankan, anak-anak bertumbuh dalam lingkungan teknologi digital.

Orang tua sibuk bukan hanya dengan pekerjaan, tetapi sibuk beraktifitas dengan gadget. Anak pun secara alamiah terbawa suasana. Terlebih sudah terjadi sejak dalam kandungan.

Sudah lumrah dan umum, anak generasi Alpha sering bermain sendiri dengan bekal gadget dari orang tuanya. Bukan hanya beberapa menit, bisa hingga berjalan-jam. 

Seiring perjalanan waktu, ada jurang menganga tercipta antara orang tua dan anak. Terlebih jika kedua orang tua anak sama-sama sibuk karena pekerjaan. Anak dititipkan pada orang tua, pengasuh anak atau keluarga lainnya. 

Banyak kondisi yang membuata hubungan emosional anak dan orang tua tidak berjalan dengan natural. Misalnya, anak masih tidur, orang tua berangkat kerja. Kondisi yang sama terjadi ketika orang tua tiba di rumah. Lalu, anak cenderung akrab dengan smartphone atau dengan orang yang mengasuhnya. 

Saya pernah mengalami kondisi ini di masa kehadiran anak pertama. Saya dan istri sama-sama PNS. Setelah masa cuti istri berakhir dalam 3 bulan, anak sesekali kami titipkan di keluarga sepanjang hari atau memanggil keluarga dekat lainnya sebagai penjaga anak. 

Beragam cerita terjadi. Beberapa kali ganti pengasuh. Ada yang sukarela dan ada pula yang diberi uang lelah. Oleh karena anak pertama, saya pribadi memiliki kerinduan tersendiri dengan anak. Saya tidak menginginkan anak saya memiliki hubungan yang renggang denfan orang tuanya. Hingga pada akhirnya saya dan istri mengambil kesimpulan, sebaiknya kami mengatur waktu sedemikian rupa agar kami yang mendampingi anak dalam masa pertumbuhan. Kami perlu menerapkan pola asuh anak yang membutuhkan kami tenang dan kami bisa menyaksikan pertumbuhan anak setiap saat.

Memasuki usia 4 bulan, kami mulai bergantian mengasuh anak dengan cara membawanya ke kantor. Oleh karen saya adalah guru, maka kemudian saya yang paling dominan membawa anak ke sekolah. Kecuali terlalu sibuk di sekolah atau ada tugas luar, istri yang bertanggung jawab membawanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline