Sudah lebih 10 tahun ada mesin cuci di rumah. Oleh karena tinggal di daerah, maka model mesin cuci yang dimiliki tidak muluk-muluk. Yang penting ada mesin cuci untuk membantu meringankan pekerjaan cuci pakaian setiap minggu.
Ada hal yang unik pula, kadang pembelian mesin cuci terpengaruh oleh iklan diterjen di televisi. Tidak mengherankan bila mesin cuci model, kualitas dan harga standarlah yang paling digemari. Modalnya dalam mesin cuci dengan penutup ada di atas atau yang populer dikenal dengan top loading.
Mesin cuci top loading lebih cocok bagi kami di kampung. Biasanya mesin cuci diletakkan di depan kamar mandi dalam rumah, di samping kamar mandi yang ada di luar rumah atau di bawah kolong rumah panggung.
Alasan memilih mesin cuci top loading adalah karena memang itulah mesin cuci yang dianggap merakyat. Dari sisi pemakaian lebih mudah. Apalagi mesin cuci tidak melulu digunakan saat mencuci pakaian.
Beberapa minggu di awal sejak memiliki mesin cuci top loading, semua proses mencuci seperti normal saja. Lalu suatu waktu saya menemukan kemeja putih saya terlepas kancing dan ada bekas seperti dipaksa mengerucut.
Cek per cek ternyata kancing lepas dan kain mengerucut akibat perputaran dalam mesin cuci. Dua pakaian kemeja kerja telah rusak di bagian kerah seperti habis terseret kendaraan. Saya masih penasaran kenapa bisa demikian hingga saat ini.
Beranjak dari kejadian itu, saya dan istri mulai kembali ke mencuci manual pakai tangan. Apalagi air sumur bor di rumah melimpah.
Kembalilah kami pada kebiasaan lama dan manual. Mencuci pakaian di depan bak mandi yang saya istilahkan front loading. Pakaian kotor bisa dikontrol dengan baik, terutama noda membandel.
Kami hanya menggunakan mesin cuci untuk memeras pakaian (spin). Ini pun sesekali masih merusak pakaian. Selain melibas paksa kemeja tetapi juga merusak salon kaos.
Maka selanjutnya, semua pakaian dinas kerja dan kaos bersablon khusus tidak pernah kami masukkan ke mesin cuci lagi. Kami menikmati mencuci pakaian secara manual.