Lihat ke Halaman Asli

Yulius Roma Patandean

TERVERIFIKASI

English Teacher (I am proud to be an educator)

Pendeta Yunus Marthen Baso, Pejuang Ternak Lokal Toraja

Diperbarui: 16 Agustus 2024   15:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendeta Yunus Marthen Baso memberikan pembinaan kepada warga gereja. Sumber: dok. Yunus Marthen Baso.

Yunus Marthen Baso, demikian namanya.  Ia adalah seorang pendeta Gereja Toraja. Tiga tahun menjelang masuk masa purnabakti ia tetap tekun dan terus bergerak pada satu bidang yang selama ini ditekuninya secara otodidak. Uniknya, ia banyak dikenal warga Toraja bahkan warga di luar Toraja bukan karena profesi sebagai pendeta. 

Pendeta dengan ciri khas kumis tipis dan berkacamata ini populer dengan dua panggilan. Panggilan pertama adalah pendeta Baso'. Sementara panggilan kedua adalah yang paling mudah dikenal warga, "pandita bai." Pandita (pendeta) dan bai (babi). Nama beken inilah yang boleh jadi membuat pendeta Baso' telah melanglang buana dari kampung ke kampung untuk menyalurkan keahlian khusus yang dimilikinya terkait ternak, secara khusus ternak babi. 

Virus demam babi Afrika atau yang selama ini populer dengan istilah African Swine Fever (ASF) telah mematikan ratusan ekor babi di berbagai wilayah Indonesia. Tak terkecuali kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara. Sudah ribuan ternak babi lokal orang Toraja yang turut menjadi korban keganasan virus ASF. 

Serangan virus ASF pun membuat harga babi di Toraja melonjak drastis. Rata-rata harga babi naik antara 20 hingga 90% dari harga normal. Terbatasnya babi karena babi dari laur Toraja sudah tidak diizinkan untuk masuk ke Toraja. Hal ini dimaksudkan untuk menekan peredaran virus ASF.

Di tengah kegamangan warga Toraja dalam beternak babi, pendeta Yunus Marthen Baso tiada henti bergerak ke berbagai tempat di Toraja untuk melakukan upaya pencegahan dan pengobatan terhadap babi warga yang sakit. 

Selain menyuntik babi-babi yang kena demam, pendeta Baso juga melakukan edukasi kepada warga yang dikunjunginya. Hal ini ia maksudkan agar warga setempat bisa mandiri dalam melakukan pencegahan, pengobatan dan perawatan ternak. Masukan model kandang babi yang baik pun ia lakukan. Ia bahkan mengajak warga dari laur komunitas Gereja Toraja untuk membangun kandang babi pemberdayaan murid Pusat Pengembangan Anak (PPA) di Salubarani.

Gotong-royong warga membuat kandang babi di Salubarani. Sumber: dokumentasi Yunus Marthen Baso.

Jadi, secara umum pendeta Baso tidak menjadikan keahlian khususnya tersebut sebagai profesi untuk menghasilkan pundi rupiah. Ia tak mematok tarif. Ia hanya terdorong untuk menyelamatkan ternak warga. Kalaupun ada yang memberinya uang lelah menyuntik puluhan babi, ia sekedar meminta biaya pengganti obat yang dibawanya.

Ke mana-mana pendeta Baso pergi melayani, tak lupa ia menyinggung pemberdayaan dan peningkatan ekonomi masyarakat lewat peternakan babi, kerbau, sapi dan kambing. Salah satu tujuan pelayanannya adalah ia ingin warga gereja atau warga kampung bisa mandiri. Caranya, dengan mengedukasi warga untuk beternak.

Saat ini, pendeta baso melayani di Jemaat Bukit Sion Salubarani. Sebuah komunitas Gereja Toraja di tapal batas perwakilan Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Enrekang. Menjelang 3 tahun memasuki masa purnabakti, semangatnya terus membara. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline