Lihat ke Halaman Asli

Yulius Roma Patandean

TERVERIFIKASI

English Teacher (I am proud to be an educator)

Semudah Kata Maaf, Meninggalkan Akar Pahit

Diperbarui: 10 Agustus 2024   17:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi memaafkan. Sumber: dokumentasi pribadi

Maaf, sebuah kata yang sangat lumrah dan selalu ditemui setiap saat. Maaf seperti username sekaligus password untuk masuk ke dalam sebuah situasi kehidupan sehari-hari, entah disadari atau tidak pada latar belakangnya. 

Ketika terjadi perselisihan, silang pendapat atau insiden yang membuat salah satu pihak merasa tersinggung dan sakit hati, maka kata maaf adalah password untuk menguraikan ketegangan.

Hanya saja dalam praktiknya, mengucapkan maaf menghadapi dua konteks situasi dan maksud. Konteks pertama mudah disampaikan tanpa memikirkan dampak sesudahnya. Konteks kedua, susah diucapkan dan meninggalkan jejak akar pahit yang mendalam.

Kebutuhan kata maaf hampir terjadi setiap saat. Ketika di sekolah, saya lalai masuk kelas untuk mengajar karena adanya perubahan jadwal yang tidak saya ketahui, maka dengan spontan saya berkata maaf kepada guru piket. 

Kata maaf juga saya terima dari guru piket. Permintaan maaf saya mudah keluarnya dan harapan saya mudah dipahami oleh guru piket. Mengapa demikian? Karena di pihak piket ia merasa tidak dirugikan secara pribadi. Ia hanya menjalankan tugas dan memberikan klarifikasi terkait kelalaian saya.

Tak ada perasaan aneh di antara kami berdua. Usai saling memaafkan, semua kembali normal.

Pada kondisi tersebut kami sama-sama saling memaafkan dan kami tak terbebas sama sekali baik sebelum maupun sesudah kata maaf terucap.

Saya teringat satu kejadian yang membuat saya masih menyimpan jejak yang susah saya hilangkan hingga saat ini. Secara iman Kristen, saya penuh kesalahan.

Adalah akar pahit yang melekat kuat dalam ingatan saya. Saat itu, saya menerima telpon dari seorang keluarga dekat. 

Pembicaraan kami sebenarnya santai dan penuh keceriaan. Namun, pada satu momen, saya mendengar kata "kamu bodoh" dari seberang handphone. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline