Lihat ke Halaman Asli

Yulius Roma Patandean

TERVERIFIKASI

English Teacher (I am proud to be an educator)

PPA Bukit Kasih, Sekolah Informal dalam Lingkungan Gereja

Diperbarui: 19 Juli 2024   06:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu bentuk kegiatan belajar murid PPA Bukit Kasih. Sumber: Martha Uning Febyola.

Sumber pendidikan anak tidak hanya berasal dari sekolah formal. Kini, di tengah masyarakat telah hadir beragam organisasi dan yayasan yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak.

Salah satu lembaga yang telah melayani kurang lebih 10 tahun pendidikan anak di Tana Toraja adalah Compassion. Mengusung slogan "Releasing Children from Poverty in Jesus Name" Compassion membuka kelas pelayanan belajar melalui kemitraan dengan gereja-gereja lokal.

Sasaran utama pesertanya adalah anak-anak usia sekolah, khususnya usia PAUD dan SD yang terdeteksi tidak mampu secara ekonomi, tertinggal dalam gizi, dan terindikasi mengalami stunting. Mereka yang terjaring program ini, akan mendapatkan pendampingan belajar calistung, gizi, kesehatan, pelatihan dan pembelajaran karakter berdasarkan ajaran Kristen.

Sumber: Agustina Sumalu

Pada awal terbentuknya kelas PPA, belum ada ruang kelas belajar. Puluhan anak belajar dalam ruang gereja atau pastori (rumah pendeta). Selanjutnya, secara bertahap melalui sistem kemitraan dengan gereja setempat, ruang kelas mulai dibangun secara bertahap. Sumber dananya berasal dari persembahan jemaat. 

Ada pula warga jemaat atau donatur yang langsung memberikan kayu, semen, mobiler, dsbnya. Intinya, kebutuhan sarana dan prasarana belajar anak dibangun di atas fondasi gotong-royong dan kepedulian terhadap sesama.

Khusus di PPA Bukit Kasih Salubarani, Tana Toraja, saat ini sudah terbangun 3 ruang belajar. Bahannya tebuat dari papan pinus dengan atap seng dan lantai semen. 

Peralatan dan dukungan fasilitas belajar boleh dikatakan sangat memadai. Sejumlah perangkat komputer, laptop, keyboard, peralatan olah raga, seni, dan media pembelajaran telah tersedia. Selain ruang belajar, tersedia pula satu ruang kantor di bawah pastori gereja. 

Jika di sekolah formal ada kepala sekolah, maka di PPA ada juga semacam kepala sekolah, bendahara, tutor dan staf. Secara berkala pengelolaan program dan keuangan dipantau dan dipandu langsung oleh seorang fasilitator kabupaten.

Sumber: Agustina Sumalu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline