Lihat ke Halaman Asli

Yulius Roma Patandean

TERVERIFIKASI

English Teacher (I am proud to be an educator)

Tolak Rayuan Bos dengan Bekerja Profesional Tanpa "U di Balik B"

Diperbarui: 6 Juli 2024   07:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ILUSTRASI perbincangan bawahan dengan bos | Pexels.com/Antoni Shkraba

Sebagai bawahan, pasti akan selalu tunduk pada perintah atasan. Apakah ia manajer, direktur, kepala, ketua atau apapun namanya, intinya ia adalah bos. 

Menolak permintaan bos, bisa saja berdampak buruk. Kalau tidak dipecat, kemungkinan turun jabatan, tunjangan tidak cair, gaji tidak naik, atau kena mutasi. Katanya, menjadi bawahan itu harus pintar mengambil hatinya bos agar karir menanjak. 

Sudah seringkali terdengar di tengah masyarakat, baik lewat media maupun cerita dari mulut ke mulut bahwa si A kaya karena ia menjadi simpanan bos. Si B naik jabatan dengan cepat karena ada hubungan spesial dengan bos. Dan masih banyak lagi. 

Kadangkala, efek termakan rayuan gombal bos, seorang bawahan harus mengorbankan sisi terbaik pada dirinya. Tak jarang pula, bawahan menjadi korban tindakan pidana demi menghilangkan "jejak nakal" si bos. 

Lalu, ketika dunia politik Indonesia dicengangkan oleh ketua KPU Hasyim Asy'ari yang diberhentikan oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) karena kasus tindakan asusila kepada seorang wanita yang bertugas sebagai anggota Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) di Den Haag, Belanda, mata kita terbuka bahwa ada masalah dalam lingkungan kerja yang selama ini "mendekam." Tindakan asusila yang terjadi pada bulan Oktober 2023 tersebut baru terendus setelah Hasyim dituntut oleh korban karena tidak memenuhi janji manis. 

Hasyim dalam posisinya sebagai bos KPU tidak hanya memiliki bawahan dalam negeri saja, melainkan terdapat pula di luar negeri. Berbekal jabatan bos, tentunya orang-orang di bawahnya akan tunduk. 

Inilah yang menimpa pelapor korban asusila dari Hasyim. Wanita muda berinisial C.A.T. awalnya mengikuti permintaan bosnya yang saat itu berkunjung ke Belanda. Namanya bawahan, tentu akan patuh pada perintah bos. 

Harus diakui bahwa korban paling rentan dan paling banyak dari rayuan gombal bos adalah kaum hawa. Mereka seringkali dijadikan sasaran kebutuhan syahwat oleh sang bos. 

Semua orang yang menjadi bawahan tentunya hanya berniat bekerja dengan baik. Menjadi bawahan memang seperti hidup di antara pedang bermata dua. Menolak rayuan bos, karir bisa berakhir. Mengikuti permintaan bos, bisa sukses besar tapi harga diri ternoda.

Menindaklanjuti rayuan bos yang kadang "nakal" dan membuat bertekuk lutut. Seseorang wajib mempertahankan pekerjaan sambil tetap menolak rayuan bos dengan berwibawa. Sebab, tidak menutup kemungkinan, makin sering bos melakukan permintaan dengan label menyelesaikan pekerjaannya, apalagi jika harus dilakukan di ruang kerja atau kamar bos, maka sebenarnya di balik rayuan itu, terdapat hasrat "nakal" yang terselubung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline