Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan suku bangsa. Kekayaan ini pula menghadirkan ragam pesona budaya, cara hidup dan kearifan lokal di dalamnya.
Kemajuan teknologi yang menjadi ciri khas dunia modern ternyata belum banyak menyentuh pelosok negeri. Kondisi ini membuat pola hidup penduduk di pelosok masih mempertahankan karakter nenek moyang mereka.
Demikianlah yang masih terpelihara dengan baik oleh penduduk di kampung Puangbembe Mesakada, Kecamatan Simbuang, Kabupaten Tana Toraja. Cara hidup dari pendahulu mereka masih dipertahankan hingga saat ini.
Ketika berkunjung ke kampung Puangbembe beberapa waktu lalu dalam rangka pendampingan individu program pendidikan Guru Penggerak, saya banyak melihat dan mempelajari kebiasaan warga setempat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Di antara sekian banyak kegiatan, ma'tannun atau menenun adalah kebiasaan yang masih berlangsung dan terjaga dengan baik. Kecamatan Simbuang yang terpencil dan seringkali terisolasi dari dunia luar karena akses jalan tertutup longsor, memiliki ikon primadona, yakni penghasil kain tenun yang dikenal dengan tenun Simbuang.
Kegiatan menenun dilakukan oleh kaum wanita. Hampir setiap rumah di Puangbembe memiliki alat tenun. Jika masa tenun sedang berlangsung, peralatan tenun disertai benang-benang warna-warni akan terlihat jelas di emper rumah atau di lumbung (alang).
Selama berkunjung ke Puangbembe, saya mendapati satu rumah tua tongkonan di mana seorang ibu separuh baya menenun di sana. Dalam kurun waktu dua bulan (bulan Februari-Maret) berkunjung ke sana, sang ibu sibuk di paladan (emper rumah tongkonan). Oya, rumah tongkonan di Simbuang terpengaruh secara penuh oleh model rumah khas suku Mamasa di Sulawesi Barat.
Dari perbincangan dengan beliau, kegiatan satu kali proyek menenun berlangsung dua hingga tiga bulan dengan menghasilkan kain tenun puluhan meter. Dalam satu kali masa tenun yang biasa dijalaninya, bisa menghasilkan enam buah sarung tenun khas Simbuang.
Kegiatan menenun tidak sepanjang hari mereka lakukan. Dalam sehari, waktu menenun bisa dilakukan dari pagi hingga sore hari. Pantangan untuk menenun di malam hari. Selain itu, kegiatan menenun hanya boleh dilakukan oleh perempuan. Pantang dilakukan oleh laki-laki. Tugas laki-laki adalah memasukkan ratusan helai benang ke dalam alat tenun.