Kebersihan adalah salah satu tolok ukur hadirnya kesehatan. Lingkungan yang bersih secara otomatis menjadi pendorong terciptanya hidup yang sehat. Pada sisi lain, kebersihan masih menjadi salah satu masalah peluk di hampir seluruh penjuru dunia. Tak terkecuali di daerah-daerah di Indonesia.
Tantangan utama kebersihan adalah keberadaan sampah yang berserakan di mana-mana. Sebaran dan tumpukan sampah kadangkala tidak mengenal tempat dan situasi.
Sekalipun sudah ada petunjuk membuang sampah pada tempatnya atau telah tersedia tempat penampungan sampah, akan tetapi tetap saja sejumlah orang mengabaikan instruksi dan ajakan tersebut. Sehingga sampah tetap abadi berseliweran di mana-mana.
Produksi sampah tidak hanya ada di sekitar hasil limbah rumah tangga dan pasar serta aktifitas rutin sehari-hari. Sampah juga menumpuk karena adanya kegiatan sosial di tengah masyarakat. Kehadiran para petugas kebersihan di lokasi kemudian menjadi sosok penting terjaganya lingkungan yang bersih.
Belum lama ini saya terlibat dalam sebuah kegiatan upacara adat Rambu Solo' (kedukaan) di kecamatan Tallunglipu, Kabupaten Toraja Utara. Saya sendiri menjadi bagian dari pelaksanaan acara untuk alm. Pelda J.N. Pakombong M. Selama kurang lebih dua minggu prosesi upacara adat, sampah yang dihasilkan juga sangat banyak.
Sampah tersebut berasal dari hasil pemotongan hewan, dalam hal ini berupa tumpahan darah, isi perut, dll. Selain itu, sampah berupa bekas kemasan air mineral, kertas nasi, bungkus rokok, punting rokok dan sebagainya juga mendominasi sampah di hampir seluruh lokasi kegiatan.
Tetapi, hadirnya sampah tersebut tidak berlangsung lama. Di lokasi acara Rambu Solo', ada seorang pemuda berambut gondrong yang selalu setia mengontrol sampah. Sepanjang hari, selama kegiatan, ia selalu mobile bergerak ke sana kemari membersihkan sampah. Dengan alat perang seadanya berupa pakaian kerja yang lusuh, seikat sapu lidi, kaos tangan karet, sepatu boot, sebuah piring bekas dan satu lori-lori, ia konsisten mengurusi sampah di lokasi.
Luar biasanya lagi, ia tak mengenal rasa jijik atau mual ketika membersihkan bekas darah di tanah dan mengangkat kotoran ternak kerbai dan babi langsung pakai tangan dan ditaruh di atas lori-lori untuk selanjutnya ia kumpulkan pada satu bak sampah besar yang tersedia tidak jauh dari lokasi kegiatan.
Selain rutin mengangkat sampah di lokasi, ia juga memasang tempat sampah sementara berupa karung pada setiap petak pondok. Setiap pagi dan sore pula, ia mengontrol isi setiap tempat sampah tersebut.