Lihat ke Halaman Asli

Yulius Roma Patandean

TERVERIFIKASI

English Teacher (I am proud to be an educator)

Potensi Tenun Simbuang Menembus Pasar Nasional

Diperbarui: 8 April 2024   05:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kain tenun asli Simbuang, Tana Toraja. Sumber: dok. pribadi

Pada dunia modern saat ini, keberadaan kain tenun asli sebuah daerah semakin menjadi primadona. Hampir seluruh daerah di Indonesia memiliki kain tenun asli yang ikonik. Kain tenun tersebut sebagian besar pemberian corak, pola, dan pewarnaan masih dilaksanakan secara tradisional. Demikian pula dengan proses pembuatan kain itu sendiri, cara tradisional masih dipertahankan.

Daerah yang memiliki hasil kain tenun sendiri tentunya menjadi kebanggaan bagi warga setempat dan pemerintah daerah. Kain tenun yang masih lestari adalah gambaran kehidupan masa lalu warga setempat. Dengan demikian, kain tenun menyimpan nilai historis.

Kabupaten Tana Toraja juga memiliki kain tenun ikonik. Kain tenun Simbuang adalah satu-satunya kain tenun asli yang ada di daerah yang telah dimekarkan menjadi dua kabupaten, yakni  Tana Toraja dan Toraja Utara. Seandainya warga Simbuang tergabung ke wilayah pemerintahan Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat, maka dipastikan Tana Toraja tak akan memiliki kain ikonik.

Kain tenun Simbuang yang asli terbuat dari benang wol yang tebal. Pada masa lalu, benang-benang tersebut dipintal warga dari tanaman nenas liar yang disebut pondan jawa di Toraja. 

Kain tenun yang asli memiliki bobot yang lebih berat. Hal ini terjadi karena tebalnya benang yang dirajut satu persatu. Hasil tenun yang kemudian berbentuk untaian kain menyerupai selendang panjang hingga puluhan meter, selanjutnya dibentuk menjadi sebuah sarung. Untuk satu sarung ukuran lokal Simbuang, dibutuhkan empat potongan lembaran hasil tenun untuk disambungkan menjadi sebuah sarung. 

Ada alasan utama mengapa kain tenun Simbuang lebih banyak dimanfaatkan sebagai sarung dibandingkan sebagai bahan pakaian. Kondisi cuaca di Kecamatan Simbuang yang sangat dingin menjadi alasan utama kain tenun ini dimanfaatkan sebagai sarung. Matahari bersinar terik pun, cuaca dingin masih menusuk kulit. Letak geografis Kecamatan Simbuang yang ada di lereng pegunungan memicu dinginnya suasana di sana. Apalagi, pada zaman dulu, akses jalan ke Simbuang tidak ada. Warga harus berjalan kaki selama berhari-hari untuk bisa tiba di ibu kota kabupaten. Alat transportasi lainnya adalah kuda. Jadi, ketersediaan pakaian masih sangat terbatas kala itu.

Hampir semua warga Simbuang yang masih aktif menenun hingga kini, memproduksi kain sarung untuk digunakan sendiri di rumah. Boleh dikatakan, warga di sana jarang membeli kain sarung bermerek yang ada di pasar. Adalah kebanggaan para pria ketika berkumpul dan mengenakan sarung dari kain Simbuang yang mereka produksi sendiri. 

Harga satu sarung dari kain tenun asli Simbuang jika dibeli langsung ke warga lokal adalah Rp. 600.000. Jika kain tenun terbuat dari benang-benang yang ada di pasar, harganya berkisar Rp 400.000 hingga Rp 550.000. 

Bisa disimpulkan bahwa saat ini terdapat dua jenis kain tenun Simbuang, yakni kain tenun asli dari benang wol yang tebal dan kain tenun dari benang jadi yang dibeli di pasar. Karena bahan utama berbeda, maka bobot sarung pun berbeda. 

Kondisi Kecamatan Simbuang yang masih terisolir karena akses jalan yang ekstrim membuat pemasaran kain tenun Simbuang tidak banyak dikenal pasar kain nasional. Tenun Simbuang kalah populer dari kain tenun Sa'dan dari kabupaten Toraja Utara. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline