Lihat ke Halaman Asli

Yulius Roma Patandean

TERVERIFIKASI

English Teacher (I am proud to be an educator)

Hidup Guru yang Sederhana dan Terukur dengan Konsep Frugal Living

Diperbarui: 7 Februari 2024   08:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memanfaatkan hasil kebun dapat membantu hidup hemat. Sumber: dok. pribadi

Hidup dan kebutuhannya akan selalu mendapatkan tantangan seiring perkembangan dan perubahan zaman. Era kecepatan teknologi informasi melalui digitalisasi telah mendorong pesatnya arus informasi dari seluruh penjuru dunia. Informasi tersebut turut mempengaruhi gaya hidup. 

Mencoba dan selanjutnya mengoleksi adalah kebiasaan yang menerpa gaya hidup modern. Tak tanggung-tanggung, biaya besar dihabiskan hanya untuk mencoba produk viral terkini, yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Membeli, mencoba dan mengoleksi pada akhirnya membuat terjadinya penumpukan barang.

Sebagai seorang guru PNS, saya telah menerapkan konsep frugal living ini sejak masih berstatus guru honorer pada tahun 2007 hingga awal 2009 yang lalu.

Dengan gaji hanya Rp 60.000 per bulan yang diterima setiap triwulan sekali, maka sudah tentu penghasilan sebesar itu tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Maka demi memaksimalkan gaji tiap triwulan, saya langsung membelanjakannya untuk beras. Saat itu harga beras masih bisa didapat 25 kg untuk seharga Rp 150.000. Jadi, setiap triwulan, gaji hanya untuk beras. 25 kg beras masih mencukupi untuk saya yang kala itu masih single dan hidup sendiri. 

Adapun cara saya mengakali keterbatasan adalah dengan memanfaatkan kebun. Di sana ada kopi, cokelat dan cengkeh. Cokelat bisa membantu memenuhi kebutuhan mingguan karena bisa dipanen buahnya sepanjang tahun. Sementara kopi dan cengkeh memiliki musimnya sendiri. Kopi sekali setahun dan cengkeh bisa panen sekali dalam dua tahun.

Di samping mengharapkan hasil dari tanaman jangka panjang, saya juga memanfaatkan lahan kebuh untuk menanam ubi kayu, pisang dan beberapa jenis sayuran.

Selain itu, saya ikut beternak ayam kampung dengan cara tradisional, yakni dilepas liarkan. Hasil dari tanaman dan unggas tersebut menjadi pengisi wajan untuk lauk pauk. Sesekali ubi kayu dan ayam saya jual.

Berbekal kebiasaan mandiri itulah yang masih terpelihara hingga kini ketika saya telah menjadi guru PNS. Menerima gaji bulanan adalah sesuatu yang wah rasanya sebagai PNS. Tak perlu pusing lagi memikirkan dari mana sumber pembeli beras dan bayar listrik.

Seiring tempat tugas yang jauh dari rumah, sekitar 16 km, maka demi memaksimalkan gaji yang ada, maka saya pun menyicil sebuah sepeda motor selama 2 tahun. Hanya itulah pembelian terbaik saya dalam tiga tahun pertama saya sebagai guru PNS.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline