Lihat ke Halaman Asli

Yulius Roma Patandean

TERVERIFIKASI

English Teacher (I am proud to be an educator)

Transformasi Pelayanan di Kantor Samsat

Diperbarui: 10 Juli 2024   17:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mobil Samsat Keliling milik Samsat Tana Toraja. Sumber: dok. pribadi.

Kantor Samsat, tempat yang dirindukan sekaligus dihindari oleh para sopir dan pemilik kendaraan. Dirindukan karena pengurusan nomor plat, bayar pajak kendaraan atau sekedar pengurusan STNK. Samsat juga dihindari karena terlambat bayar pajak kendaraan atau susahnya mengurus keperluan seputar dokumen kendaraan. 

Beberapa tahun ke belakang, membayar pajak kendaraan saja harus lewat orang-orang tertentu. Bahasa kerennya calo. Jika tak ada kenalan di kepolisian setempat atau di kantor Samsat, kadang menunggu lama untuk dilayani dan urusan dibuat rumit dengan jalur A, B dan C. 

Saya pernah memiliki pengalaman unik di kantor Samsat. Sebenarnya, setiap tahun, sejak pertama kali beranjangsana ke kantor Samsat, selalu ada hal yang tidak nyaman dan meninggalkan beban pikiran. Hanya saja ada satu peristiwa yang berkesan.

Sekitar 6 tahun yang lalu. Saat itu saya akan membayar pajak motor. Saya tiba di kantor Samsat sekitar pukul 10 pagi. Namun, hingga pukul 13 siang, nama saya belum dipanggil dari loket. Padahal ada informasi pada papan di ruang tunggu tentang durasi waktu pelayanan pembayaran pajak kendaraan maksimal 5 menit. 

Sementara sejumlah warga yang datang lancar-lancar saja. Tak perlu menunggu lama. Mereka pun hanya menemui orang tertentu di dalam ruang tertentu pula. Tak perlu antri lama. Nama mereka pun tak dipanggil dan langsung beres urusannya. 

Sedikit terganggu juga saya kala itu, apalagi saya masih harus kembali mengajar ke sekolah. Jujur, saya tak punya kenalan sama sekali di kantor Samsat. 

Dulu, para petugas Samsat rata-rata minim senyum. Terutama waktu masih didominasi petugas dari kepolisian. Dengan STNK yang sama ketika pertama kali membayar pajak sepeda motor, tahun 2010 saya membayar hampir empat ratus ribuan. Memang berbeda dengan yang tertera di tanda bukti pembayaran pajak. Secara bertahap mulai sedikit ada perubahan ketika pegawai Bapenda sudah dipekerjakan di Samsat. Selain itu, layanan online yang digunakan juga membuat pembayaran pajak sesuai dengan yang tertera di STNK. Lebih 200% selisih pembayaran ketika sistem di Samsat belum online. Saat ini, boleh dikatakan tak ada lagi uang tip dan uang lebih atau tanda terima kasih. 

Saya pun menemui pegawai di loket memasukkan STNK. Cek per cek ternyata STNK asli motor saya tak ditemukan. Katanya hilang. Ya, entah ke mana kira-kira. Saya sedikit komplain. Tapi, ada berkah dari pakaian dinas harian yang saya kenakan. Mungkin karena tuah mengenakan baju dinas lengkap dengan atribut, petugas di loket minta maaf dan mengusulkan kepada kepala Samsat untuk penggantian STNK asli motor yang hilang dengan STNK sementara. Saya menyetujuinya. 

Berdasarkan pengalaman kala itu, saya mulai menyimpulkan bahwa agar urusan lancar di Samsat, ada dua hal yang perlu dimiliki. Kenalan orang dalam dan pakaian dinas. 

Tapi, itu dulu. Saat ini pelayanan di kantor Samsat benar-benar telah berubah. Pelayanan prima lebih diutamakan. Kantor Samsat Tana Toraja yang ada di kota Makale misalnya. Sejak 6 tahun yang lalu, telah mulai ada perubahan pelayanan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline