Lingkungan kerja yang ideal adalah lingkungan yang memberikan rasa aman, nyaman, dan membuat bahagia setiap orang yang bekerja di dalamnya. Mulai dari pucuk pimpinan hingga petugas kebersihan, tenaga pendukung keamanan dan pramusaji terjadi kolaborasi yang membuat nyaman semua orang.
Tentu saja akan ada riak-riak di tengah suasana kerja. Riak ini berupa adalah kesenjangan perasaan karena ada yang mendapatkan promosi jabatan, naik gaji dan singkatnya ada kesejahteraan yang membiarkan seseorang meningkat pula taraf bahagianya.
Di lingkungan sekolah pun tak terlepas dari riak-riak memunculkan kesenjangan antar sesama guru, tenaga kependidikan dan kepala sekolah. Riak-riak tersebut pada akhirnya memicu ketidakharmonisan di ruang guru. Pada umumnya, gelombang riak di sekolah muncul karena jealous (cemburu).
Cemburu bisa terjadi antar sesama guru. Seperti diketahui, di lingkungan sekolah masih ada struktur jabatan kepemimpinan setelah kepala sekolah. Ada wakil kepala sekolah, kepala laboratorium, kepala perpustakaan, kepala bengkel, pembina OSIS dan beragam tugas tambahan lainnya. Jabatan dan tugas tambahan ini seringkali menjadi rebutan secara kasat mata.
Tidak harmonisnya ruang guru akan mempengaruhi kinerja guru tersebut. Dampak terburuk akan diterima oleh peserta didik di dalam kelas karena tidak plongnya perasaan guri dalam mengajar.
Semakin tidak harmonis ruang guru sebuah sekolah, akan berdampak pada rapor mutu pendidikan pada sekolah bersangkutan. Rapor mutu buruk, berimbas pada kecilnya peluang sekolah untuk mendapatkan tambahan dana operasional sekolah, yakni BOS Kinerja.
Entah sudah lumrah ataukah telah menjadi tradisi turun-temurun, iri dan cemburu selalu akan ada dalam lingkungan kerja sekolah. Silih bergantinya mutasi guru dan pegawai, mutasi kepala sekolah turut menjadi pengimbas terjadinya kesenjangan semangat kerja diantara sesama pelaku pendidikan di sekolah.
Program Pendidikan Guru Penggerak yang telah memasuki angkatan ke-9 telah melahirkan lulusan-lulusan yang kompeten dalam rangka melakukan transformasi pendidikan. Namun, para guru penggerak yang ada di sekolah justru banyak menjadi sasaran jealous dari rekan-rekannya.
Kecemburuan muncul karena guru penggerak akan sering mengambil peran sebagai narasumber, fasilitator dan instruktur implementasi kurikulum merdeka. Karena seringnya guru penggerak manggung di berbagai sekolah, maka melahirkan kecemburuan dari dalam sekolahnya sendiri.