Lihat ke Halaman Asli

Yulius Roma Patandean

TERVERIFIKASI

English Teacher (I am proud to be an educator)

Diakonia, Pelayanan Kecil yang Berdampak Besar

Diperbarui: 2 Januari 2024   19:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu rumah warga yang penerima manfaat diakonia. Sumber: dok. pribadi

Banyak kegiatan dan aksi yang telah terjadi sepanjang tahun 2023. Bahkan secara pribadi, saya tidak bisa menghitungnya satu per satu. 

Setiap kegiatan yang saya lakukan tentunya memiliki tujuan. Ketika tujuan tersebut bisa dicapai akan memberikan hikmah tahun 2023.

Ada satu kegiatan yang sangat berkesan sepanjang tahun 2023. Melalui program diakonia di gereja, saya bersama rekan-rekan majelis gereja menyusun program bedah rumah, perbaikan sanitasi dan pengembangan ekonomi anggota gereja. 

Diakonia adalah satu bidang dalam Gereja yang bertugas memberikan pelayanan kepada warga gereja yang kurang mampu secara fisik, psikis dan ekonomi. Melalui program ini diharapkan warga gereja bisa hidup layak seperti masyarakat pada umumnya. 

Diakonia juga berperan dalam meningkatkan taraf hidup warga gereja. Adapun sumber dana diakonia adalah murni dari persembahan warga gereja/jemaat yang dikumpulkan pada setiap ibadah hari Minggu. 

Terdapat empat rumah tangga kategori kurang mampu yang menjadi sasaran pelaksanaan diakonia. Satu rumah tangga lengkap suami-istri dan tiga lainnya adalah rumah tangga tunggal alias penghuni rumahnya  belum berkeluarga. 

Dari  empat sasaran program diakonia, terdapat tiga yang rampung 100 persen. Ada tiga rumah yang menjalani bedah rumah. Akan tetapi hanya dua yang terealisasi. Satu rumah belum sempat dibedah karena belum ada lokasi defenitif untuk membangunkan rumah layak huni. 

Ada satu rumah tangga yang benar-benar merasakan manfaat dari program diakonia ini. Dalam rumah tersebut hanya tinggal seorang bapak dengan usia yang sudah usur. Ia sendiri tidak pernah menikah. Sehingga tak punya anak. Jauh dari sanak familinya.

Dulunya ia tinggal di pondok kecil kebun cengkeh keponakannya. Lokasinya jauh dari jalan raya dan di pinggiran hutan pinus. Ia tinggal sebatang kara di sana selama puluhan tahun. Tanpa tetangga, tanpa listrik dan sanitasi yang memadai. 

Setelah pondok di kebun cengkeh lapuk dan rubuh termakan usia, ia pun tak memiliki tempat tinggal. Keluarga terdekatnya lun tak ada yang menawarkan tumpangan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline