Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara di provinsi Sulawesi Selatan identik dengan wisata alam dan wisata budayanya. Wisata alam sudah tersedia di sepanjang perjalanan menyusuri Toraja, mulai dari perbatasan Enrekang di Tana Toraja hingga Kaleakan, perbatasan Palopo-Toraja Utara.
Khusus untuk kegiatan budaya, acara kedukaan yang populer dikenal dengan Rambu Solo' sudah menjadi wisata budaya secara turun-temurun. Bulan Desember seperti sekarang ini menjadi salah satu waktu terbaik warga Toraja untuk melakukan prosesi Rambu Solo'. Desember adalah waktu libur terpanjang bagi warga Toraja, sehingga mereka yang tinggal di perantauan bisa pulang kampung. Selain utuk merayakan Natal dan Tahun Baru, menuntaskan salah satu program keluarga, yakni upacara Rambu Solo'.
Rambu Solo' erat kaitannya dengan kearifan lokal, bahkan tak bisa dipisahkan. Nilai kearifan lokal yang masih melekat kuat dalam kehidupan warga Toraja adalah melestarikan alam. Konsep melestarikan alam ini ditandai dalam aksi menghargai tanaman (lolo tananan).
Dalam rangkaian prosesi Rambu Solo', ada salah satu kegiatan yang terkait langsung dengan kelangsungan hidup tanaman. Pada acara ma'lelleng kayu (menebang kayu) untuk pembuatan pondok, tidak semua bambu ditebang secara bebas. Warga hanya menebang kayu dengan ukuran yang dibutuhkan.
Hal menarik di sini adalah warga Toraja masih merawat rumpun bambu. Di sekitar rumpun bambu tetap dibersihkan dari tanaman pengganggu lainnya. Ini bertujuan agar bambu-bambu berikutnya tumbuh lebih bagus dan lebih rimbun lagi.
Lokasi pelaksanaan rambu solo' biasanya di sekitar rumah tongkonan. Jika tidak memiliki lokasi yang luas, maka biasanya acara ditempatkan di lapangan, kebun atau persawahan yang masih merupakan milik rumpun keluarga yang berduka.
Jika menggunakan lokasi persawahan, maka dipastikan acara rambu solo' tidak mengganggu masa tanam dan masa panen padi. Setelah prosesi rampung, sawah yang kemungkinan rusak karena terinjak ribuan orang yang datang dan rusak karena efek adu kerbau, akan diperbaiki kembali seperti semula sehingga siap untuk ditanami kembali.
Pelaksanaan prosesi membutuhkan waktu yang lama. Pembuatan pondok saja bisa berlangsung 3-6 bulan. Banyak kebutuhan untuk melengkapi pondok. Khusus untuk upacara rambu solo' yang dilaksanakan di kampung-kampung, bahan baku secara umum berasal dari alam. Selain bambu sebagai bahan baku utama, rumput ilalang dan daun nipah juga paling populer digunakan. Jadi, tidak mengherankan jika masih banyak dijumpai lereng-lereng perbukitan dengan rerumputan ilalang di berbagai tempat di Toraja. Jika tak ada ilalang, maka rumput-rumput liar dengan barang dan daun panjang juga dimanfaatkan. Khusus daun nipah, didatangkan dari daerah Palopo dan Luwu.
Memasuki kecanggihan teknologi, sejumlah kegiatan kini mulai menggunakan atap seng. Pengadaan atap bukan oleh keluarga. Atap ini disiapkan oleh kelompok warga. Kelompok ini disebut pa'tondokan.