Hari Guru Nasional baru saja dirayakan tiga hari yang lalu. Tema "Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar" menggaung di mana-mana. Praktik baik tentang kolaborasi pun mewarnai HGN Tahun 2023.
Merdeka Belajar artinya telah nampak pelayanan pendidikan yang berpusat pada murid. Pemanfaatan aset yang ada di lingkungan sekolah telah terimplementasi dengan optimal. Murid bahagia, guru bahagia, satuan pendidikan bahagia dan masyarakat serta pemerintah setempat pun bangga dan bahagia.
Hari ini saya berbincang dengan seorang guru dari wilayah timur Indonesia, tepatnya dari Provinsi Papua Selatan. Ia adalah seorang ibu guru.
Saya mengontaknya lewat pesan messenger. Ternyata, ia juga adalah orang Toraja. Ia satu almamater dengan saya di Universitas Kristen Indonesia Toraja.
Ia alumni tahun 2012. Saya sendiri adalah alumni tahun 2007. Kami pun berasal dari program studi yang sama, yakni pendidikan bahasa Inggris.
Ia bercerita tentang situasi dan kondisi tempatnya mengajar, yakni di SMK Negeri 2 Mappi. Kondisinya seperti ini, pada saat ujian semester ganjil para siswa dari sekolahnya harus menumpang di sekolah lain.
SMK Negeri 2 Mappi berada di distrik Kepi, Kabupaten Mappi, provinsi Papua Selatan. Sejak sekolah ini dibuka pada 2016 belum mempunyai gedung atau ruang kelas yang tersedia untuk digunakan sebagai sarana dan prasarana belajar.
Sebenarnya lokasi untuk membangun ruang kelas sudah ada. Namun, hingga saat ini hanya 1 ruang yang difungsikan sebagai ruang guru dan 1 ruang komputer yang ada.
Artinya hanya ada 2 ruangan yang dimiliki oleh SMKN dengan tiga program keahlian, yakni Akuntansi Keuangan, Perkantoran dan Agribisnis Ternak Unggas. Sementara terdapat 298 siswa yang saat ini sedang menuntut ilmu di sana.
Lalu, bagaimana para siswa belajar?