Suku Toraja masih memegang tradisi leluhur mereka. Salah satunya adalah tradisi dalam kematian, yakni mendudukkan mayat.
Tidak semua jenazah atau tidak semua warga suku Toraja bisa memasuki ritual didudukkan. Hanya warga dari kasta bangsawan yang bisa didudukkan mayatnya.
Seorang suku Toraja dari kasta bangsawan yang telah meninggal akan didudukkan mayatnya. Jenazah/mayat didandani dengan pakaian kebesaran warna putih. Warna ini menandakan bahwa almarhum/almarhumah berasal dari strata sosial tertinggi dalam tatanan masyarakat Toraja. Ditambahkan pula perhiasan terbaik yang pernah dikenakannya selama masih hidup.
Selama tiga hari, jenazah didudukkan dalam rumah. Sanak famili, kerabat dan warga yang datang melayat akan duduk di sekitarnya sambil berbincang seolah orang yang meninggal tersebut masih hidup.
Suku Toraja yang meninggal dan mayatnya didudukkan menandakan bahwa jika tiba saatnya nanti upacara/ritual kematiannya dilaksanakan (rambu solo'), ia akan diprosesikan dalam ritual "rapasan." Minimal dua puluh empat kerbau jantan akan dipotong selama prosesi.
Walaupun suku Toraja sebagian besar sudah menganut agama Kristen, namun ritual ini masih dilaksanakan dan berdampingsn dengan kepercayaan leluhur (aluk todolo) hingga kini.
.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI