Ada yang unik yang didapati oleh penglihatan saya ketika berada di Hotel Aryaduta Makassar. Beberapa ornamen seni Toraja terpampang di sekitar lobby hotel.
Di bagian tengah ruangan berdiri kokoh miniatur rumah adat Toraja, tongkonan. Kemudian di sejumlah bagian dinding juga terpasang ukiran-ukiran Toraja. Selain ukiran, terdapat pula kain yang berukir Toraja. Salah satunya digunakan sebagai alas panggung mini dua pemain kecapi. Tempatnya juga di lobby hotel.
Bagian yang paling menyita perhatian saya adalah ukiran Toraja yang diletakkan di atas pintu lift hotel Aryaduta di lantai satu, berhadapan dengan ruang tunggu di lobby.
Ukiran tersebut nampak jelas bahwa usianya sudah tua. Sekilas bahan pewarna yang digunakan pengukir saat membuatnya masih terbuat dari bahan pewarna alam dan tanah liat. Warna yang mulai pudar menandakan usia dari ukiran tersebut.
Ukiran pa'bare allo, pa'kapu' baka, dan ukiran-ukiran lainnya masih indah dipandang mata saya.
Potongan segitiga dari kumpulan ukiran yang saya labeli dengan ukiran Toraja klasik tersebut sebenarnya adalah ukiran yang terdapat di bagian depan dan belakang dari "alang" atau lumbung. Mungkin sang pemilik hotel Aryaduta masih ada hubungan kekerabatan dengan suku Toraja sehingga bisa membawa ukiran tersebut untuk dipajang di hotel.
Saya pun sempat bertanya kepada salah satu petugas house keeping yang datang membersihkan kamar yang saya gunakan. Ia mengatakan bahwa pemilik hotel adalah keluarga Manggabarani.
Kembali ke ukiran tadi. Kayu yang diukir sudah ada tanda-tanda lapuk. Namun justru makin menaikkan nilai keunikan dan nilai budayanya. Terlebih, ukirannya diambil langsung dari sebuah lumbung. Perkiraan saya, ukiran tersebut diberikan oleh sang pemilik lumbung ketika merenovasi lumbungnya.
Sebagai orang Toraja, saya turut bangga dengan ornamen ukiran Toraja tersebut.