Juventus akhirnya tiba pada kesimpulan akhir dari deretan drama yang menimpa klub berjuluk La Vecchia Signora tersebut. Musim depan Juventus akan berlaga di kompetisi kasta ketiga Eropa, yakni UEFA Conference League atau yang lebih populer dengan Liga Konferensi Eropa. Kepastian tersebut didapatkan setelah Juventus pekan penutup Seria A Liga Italia musim 2022/2023 resmi berakhir pada Minggu (4/6/2023) atau Senin dini hari waktu Indonesia.
Juventus memang berhasil meraih tiga poin usai mengalahkan tuan rumah Udinese 1-0 lewat gol tunggal Federico Chiesa di menit ke-68. Akan tetapi raihan poin 62 di klasemen akhir tak mampu membawa Juventus untuk berlaga di kompetisi Europa League. Pada saat yang sama AS Roma dan Atalanta berhasil mengalahkan lawan-lawan mereka. Atalanta mengalahkan Monza 5-2 dan Roma secara susah payah mengalahkan Spezia 2-1. Kondisi tersebut membuat Juventus tetap terpaku di posisi ketujuh klasemen akhir. Sementara Atalanta menempati posisi kelima dengan 64 poin dan AS Roma di posisi keenam dengan 63 poin.
Klub yang bermarkas di Juventus Stadium, kota Turin, Italia tersebut harus menerima kenyataan untuk meramaikan Liga Konferensi musim 2023/2024. Dengan label sebagai juara Seria A Liga Italia terbanyak sepanjang sejarah ditambah raihan 9 kali juara liga secara beruntun dua musim yang lalu, Juventus akan menjadi tim raksasa di kompetisi Liga Konferensi.
Menikmati panggung kompetisi Liga Champions Eropa selama bertahun-tahun dan tiba-tiba terjun bebas ke Liga Konferensi tentunya bukan prestasi yang baik bagi klub yang telah memiliki stadion sendiri tersebut. Kasus plusvalenza yang menjerat Juventus memberikan andil besar atas kegagalan Juventus menembus zona Liga Champions dan Liga Eropa musim ini. Pengurangan 15 poin kemudian menjadi 10 poin membuat poin Juventus sulit bersaing dengan Lazio, Inter, Milan, Roma dan Atalanta. Andaikan Juventus tak mendapatkan sanksi susulan pengurangan 10 poin, maka tentu saja Danilo dkk akan berlaga di Liga Champions musim depan.
Sederet masalah inkonsistensi pun turut mewarnai kegagalan Juventus tanpa gelar selama Massimiliano Allegri kembali menukangi Juventus dalam dua musim terakhir. Terutama ketika pengurangan poin dua kali dijatuhkan FIGC. Para pemain kehilangan semangat bertanding sehingga ketika melawan tim semenjana pun, Juventus kalah. Musim ini pun menjadi musim berat bagi Juventus yang dikalahkan oleh semua tim besar Seria A.
Penyumbang lain kegagalan Juventus adalah Paul Pogba yang akrab dengan cedera sepanjang musim. Angel di Maria turut angin-anginan bermain yang disusul performa tumpul striker antar Disana Vlahovic.
Tifosi Juventus pun perlu bersabar ekstra melihat tim kesayangannya harus menjadi raksasa di antara kontestan kompetisi Liga Konferensi Eropa musim depan. Tambahan kesabaran lainnya adalah jika pelatih Massimiliano Allegri tidak didepak. Kerinduan akan hadirnya manager baru di Juventus Stadium kemungkinan tak akan terwujud dengan masih akan diberikannya kepercayaan tinggi kepada Allegri untuk menukangi Si Nyonya tua musim depan.
Catatan kurang apik Juventus di semua kompetisi musim ini tergambar dari hasil yang dicapai. Juventus hanya menempati peringkat ketujuh Seri A. Posisi terburuk dalam 12 tahun terakhir. Juventus tersingkir dari Coppa Italia setelah disingkirkan Inter Milan di babak semifinal. Hal yang sama terjadi di kompetisi Liga Eropa. Juventus terhenti kiprahnya di tangan Sevilla di semifinal. Sevilla sendiri akhirnya keluar sebagai juara Liga Eropa. Sementara di Liga Champions Eropa, Juventus sudah tersisih di babak penyisihan grup yang kemudian membawa Juventus berlaga di kompetisi Liga Eropa.
Tak ada yang istimewa dari penampilan Juventus sepanjang musim. Entah karena pengaruh racikan Allegri atau karena kualitas dan kedalaman skuad.
Musim baru di depan mata. Juventus harus segera berbenah. Mulai dari manajemen, fiskal, pelatih dan pemain.