Lihat ke Halaman Asli

Babysitter Dadakan

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam minggu nich. Semua orang banyak menanyakan padaku, mau acara kemana. Aku cuma bisa jawab, malam minggu ya malam seperti biasa saja, dan tak pernah spesial bagiku sama saja seperti malam-malam sebelumnya. Aku hanya habiskan waktu di kamar kost, tiduran, browsing, dan pastinya berteman rokok yang mengasap memenuhi ruang kamar. Dan mereka menjawab, ah ngak asyik masak ngak keluar kemana gitu ma cowok lu, untuk sekian kalinya aku mejawab lagi, aku masih jomblo. Hahahaha
malam itu, mataku sudah lelah tuk melihat layar laptop miniku. Tidurpun aku siapkan, ingin beranjak menyelimuti badanku. Ada telepon masuk. Ternyata temanku mendadak tiba-tiba suruh jagain anak bule kecil bawah lima tahun. Omg, syok n ngk yakin, malam-malam gini ada kerjaan mendadak suruh jagain anak keci di hotel yang emaknya mau keluar asyik minum di bar. Sungguh aku ngak yangka, ada-ada ajah. Dengan tawaran bayaran yang menurut aku pikir, bisa cukup untuk makan sehari-hariku dan menabung. Akupun terima tawaran kerja dadakan itu. Jam menununjukkan pukul sembilan malam, temanku menjemputku dan mengantarku untuk melakukan pekerjaan itu. Tiba di hotel mewah berlantai enam, rasa dag dig dug ketika di dalam lift, ini sungguh pekerjaan pertamaku menunggu anak kecil, sebelumnya aku belum pernah seperti ini, walau tiap hari aku bekerja di playground dan sering berinteraksi dengan anak kecil bule. Tiba di kamar 7031. Dibukalah kamar itu dengan penghuninya yang pasti emak dari anak bule yang harus ku jaga. "hai, how are u, my doughter having sleep" hanya itu yang dia katakan padaku, aku masih terdiam dengan memandangi sekeliling kamar mewah yang lengkap dengan fasilitasnya, kupandang bocah kecil imut tertidur di sofa dengan acara tv anak kecil, aku langsung mengelus tangannya, ingin rasanya menciumnya. Emak dari anak bule itu sibuk menyiapkan diri tuk hang out dengan temanku. Mereka siap berangkat, anak bule itu digendong emaknya untuk pindah tidur di kamar. Merekapun siap pergi meninggalkan kita berdua, dan aku mengucap "enjoy ur night guy's, take care, bye". Merekapun pergi dengan kata "if u need something just take in cupboard kitchen n if my baby wake up or cry u just call me, n we'll go back. Thanks" dan aku menjawab "ok, don't worry about that". Setelah mereka pergi aku binggung ingin melakukan apa, dengan berbekal lepi dan rokok, akupun menyalakan lepiku, tapi conection wife tidak nyambung, mencoba dengan modem pun tak ada jaringan. Damn, aku hanya memutar ampikasi winampku dengan album superglad. Bosan dengan mendengarkan lagu, sesekali ku tengok bocah kecil yang tidur dengan pulas di kamar, dia bergerak tak beraturan, selimut berantakan aku kembalikan tubuh mungil dan kuselimuti lagi, dengan mengelus kening dan menciumnya hatiku berkata "sungguh malang nasibmu nak di tinggal foya-foya emakmu". Aku kembali pada sofa depan tv, lepi kumatikan ganti tv yang ku nyalakan, tv chanel kelas internasional saja yang ada, akhirnya menemukan satu chanel yang acaranya film-filmnya bagus. Kuhabiskan satu film, sudah merasa bosan, aku keluar ke teras kecil dan kupandangi area hotel mewah itu mungkin sudah berkelas bintang 3, aku tak tahu, hanya sesekali para penginap hotel terlihat dari jendela kamarnya sedang asyik ngobrol, nonton tv, sibuk melototin laptopnya dan di halaman hotel lengkap dengan kolam renang yang luas tersebarkan para tamu hotel yang asyik becanda dan ngobrol entah apa yang mereka bicarakan. Puas dengan segala pandanganku pada area hotel mewah itu, kembali pada sofa empuk, ku nonton film yang baru lagi dan lebih bagus lagi tuh film. Asyik nontok tak lupa ku melihat ke arah kamar dan bocah kecil itu. Dia baik-baik saja ternyata. Film habis, aku merasa kedinginan di ruang kamar hotel yang mewah itu suhu AC yang membunuhku perlahan membuat dendam ingin menghancurkan pusat AC itu bekerja. Dua jam sudah aku hanya duduk, tiduran, jalan ke kamar menengok bocah itu dan nonton tv. Iseng ke arah dapur dan kubuka lemari-lemari kecil. Begitu banyak makanan orang bule namun tak seenak pisang goreng yang sering aku beli di gerobak pinggir jalan tukang gorengan. Hanya binggung ingin ambil apa, terlihat kopi dan gula, aku segera menyedu minuman kopi yang semoga dapat menghangatkan rasa dinginku. Bosan dengan rungan dingin, aku keluar dari pintu utama kamar itu dengan membawa rokok, ku lihat lorong jalanan hotel yang sepi hanya sesekali terdengar orang sedang menyodok bola bilyard. Kunyalakan rokok, sambil kupandangi belakang hotel yang ternyata aliran sungi itu, terlihat perumahan penduduk yang remang-remang lampunya. Tak dapat menikmati merokokku, belum habis sudah kumatikan dan segera kembali ke ruang hotel itu, merasa parno jika bocah kecil itu nangis mencari emaknya. Ku lihat bocah kecil itu lagi masih pulas dan memberantakan seisi bedcovernya, aku rapikan lagi, sekali aku mengambil photo wajah bocah kecil itu yang sangat cantik. Kembali pada sofa empuk lagi, menonton tv dan minum kopi. Keluar ide isengku dengan byground pojok ruang hotel itu yang bila aku berikan sentuhan gadis duduk merengkuk dengan lampu remang-remang akan menghasilkan satu karya yang lumayan bagiku. Dengan camera biasa di HPku, aku mencari alat bantu untuk bantuan berdiri HPku, setting camera timer aku persiapkan menjadi model beserta photographer menjadi satu. Setelah beberapa jepretan dengan tiga gaya, aku lihat hasilnya yang lumayan jika aku dapt mengedit sedikit, namun aku gaptek dalam memainkan editan gambar. Selesai denga ide isengku, rasa kantuk mendera, jam melihatkan pukul tiga, namun mereka belum kembali, perjanjian mereka selesai pukul dua, tapi tak apalah lagian aku juga tak mengalami masalah menjaga anak bule ini dan semakin banyak jam uangpun bertambah. Hahaha
Tertidurlah aku di sofa itu. Aku merasa hanya tidur sebentar mereka pulang dengan keadaan yang tidak jelas yang pasti mereka mabok berat lewat pandangan kecil mata kantukku, bocah kecil itu terbangung dari tidurnya berjalan menghampiriku dan akupun membuka mata dan menyapa "hay, what ur name? " , dia menjawab "miami" setelah itu dia pergi meninggalkanku yang kembali tidur tak kuat menahan rasa kantuk, jam terlihat pukul empat pagi dan aku masih banyak waktu untuk tidur.
Tak merasakan apa-apa lagi. Aku terbangunkan oleh sentuhan tangan temanku yang membangunkan aku, sinar matahari menyilaukan pandangan pertama aku membuka mata lewat jendela bening kamar hotel itu. Bangun dengan berlagak sok bodoh dan capek itulah aku. Mereka menyuruhku membasuh muka dan temanku bergegas mengajakku kembali untuk bekerja. Tak lupa aku mencuci cangkir kopi sisa minumku semalam. Aku duduk sejenak, membereskan lepiku dan siap pulang. Emak bocah bule itu memberikan uang tanda belas terima kasih untuk kerjaku menjaga anaknya semalam sambil mengucap "thanks u very much" dan aku "ur welcome". Aku meninggalkan kamar hotel itu dan see goodbye dengan emaknya saja karena bocah bule itu belum terbangun dari tidurnya.
Itulah pekerjaan mendadak pada malam mingguku, walau malam minggu aku dapat mencetak pendapat untuk ditabung dan masih terasa seperti ilusi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline