Lihat ke Halaman Asli

Penciptaan Brand Tak Sepaket dengan Attitude Konsumen

Diperbarui: 18 Agustus 2015   11:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam rangkaian seminar atau kuliah yang berkaitan dengan komunikasi bisnis, brand sepeda motor asal Amerika Harley Davidson sering disebut. Nama brand yang diambil dari dua pendirinya, William Harley dan Arthur Davidson ini menjadi contoh kesuksesan bisnis.

 

[caption caption="Aksi Elanto di Yogyakarta (Sumber gambar : http://goo.gl/CfKTy0 )"][/caption]

"Harley Davidson bukan hanya menciptakan brand, tetapi juga kebanggaan bagi konsumennya," ucapan salah satu dosen saya dengan muka berbinar di salah satu sesi kuliah yang masih saya ingat.

Pandangan mengenai Harley Davidson tersebut harus kita akui, namun selepas Elanto Wijoyono menghadang konvoi Moge di Yogyakarta beberapa waktu lalu, terbesit pemikiran bahwa selama ini penciptaan brand tak sepaket dengan attitude konsumen.

Bukannya menuduh Harley Davidson lepas tangan, namun nama besar Harley Davidson yang mampu menciptakan segmentasi pasar kelas atas, sepertinya sudah cukup menjadi bukti bahwa kelas yang menjadi pengguna Harley Davidson adalah adalah kalangan berpendidikan yang paham aturan dan tentunya memahami perasaan orang lain.

Saat berkendara, yang bertanggung jawab penuh terhadap hal-hal yang ditimbulkan dari aksi kendaraan yang dikendarai adalah pengendara itu sendiri. Sama halnya saat ada pengendara yang ditangkap polisi karena memakai knalpot brong yang bikin jantung deg-degan.

Contoh lain, Yamaha pernah sukses dalam hal image salah satu jenis motornya, kesan tangguh dan garang motor RX-King menjadi cerita yang tak pernah usai. Hanya saja sedikit image negatif mengiringi perjalanan motor ini yang sering dikaitkan dengan penjambretan dan kejahatan lainnya.

Sama halnya saat seorang teman di Malang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala saat melihat pemuda mabuk di pinggir jalan, rata-rata menggunakan jaket dengan brand yang ia ciptakan. "Ayas hanya ciptakan tren, tingkah laku yang mengiringi tanggung jawab masing-masing (konsumen)," ucapnya dengan logat Malang yang kental.

Bicara tentang brand dan tanggung jawab moral perusahaan terhadap perilaku konsumen, kita harus salut pada beberapa merk kendaraan bermotor yang mengkampanyekan safety riding.

Dua hal sekaligus didapat dari kampanye safety riding yang digagas oleh beberapa brand sepeda motor, yakni promosi dan image positif dari perusahaan itu sendiri.
Sebaliknya, pengendara juga memiliki tanggung jawab moral terhadap nama baik merk kendaraannya, sebab kalau ada apa-apa di jalan di koran yang pertama kali disebut adalah nama produk atau merk kendaraan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline