Lihat ke Halaman Asli

Menggairahkan Kembali Layar Tancap di Tengah Kepungan Televisi

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_139589" align="alignleft" width="218" caption="Layar tancap : Alternatif hiburan yang kian terlupakan"][/caption] Layar tancap sempat menjadi primadona masyarakat pedesaan di era 90an, namun perkembangannya tergusur bahkan nyaris terhenti oleh melesatnya perkembangan televisi. Saat ini televisi sudah menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia tak terkecuali di desa-desa. Perkembangannya berubah menjadi suatu industri besar yang tak lagi berpatokan pada apa yang dibutuhkan masyarakat tetapi lebih mengarah pada sesuatu yang laris dijual. Sesuatu yang laris ini seringkali malah membawa pengaruh buruk pada masyarakat.

Dominasi televisi yang sulit dibendung menumbuhkan ide-ide segar dan kreatif dalam memberikan alternatif hiburan kepada masyarakat khususnya masyarakat pedesaan. Salah satunya adalah pertunjukan layar tancap yang digelar oleh komunitas film Sidoarjo Rolas, Maju Terus Komunikasi dan Sekolah Film Movie Labs di dusun Lowok Beji kecamatan Ngajum Kabupaten Malang, (15/10) Sabtu malam.

Acara gratis yang bertajuk sinema ndeso ini berlangsung cukup gayeng karena posisi layar tancap berada di tengah-tengah kampung. Masyarakatpun leluasa melihat film tanpa harus mendekat ke layar bahkan mereka sambil duduk-duduk di halaman rumah.

Alternatif hiburan audio visual semacam inilah yang saat ini dibutuhkan masyarakat yang terkadang jenuh dengan acara yang disajikan televisi. Disamping itu secara tidak langsung menumbuhkan keakraban antar masyarakat yang terbawa emosi alur cerita ketika menyaksikan film secara bersama-sama dengan pandangan mata yang tertuju pada satu titik.

Peran Besar Komunitas Film

[caption id="attachment_139591" align="alignright" width="204" caption="Komunitas Film: Berperan besar dalam perkembangan layar tancap"][/caption]

Dulu film yang diputar dilayar tancap adalah film-film yang pernah ditayangkan di bioskop. perkembangan teknologi membuat orang memiliki alat perekam atau kamera video yang terjangkau hingga muncullah komunitas film yang bisa membuat film sendiri.

Komunitas film yang bermunculan di tingkat mahasiswa, pelajar hingga di daerah-daerah membawa angin segar bagi pertumbuhan layar tancap. Jika dulu film yang diputar di layar tancap adalah film yang pernah ditayangkan di bioskop maka dengan hadirnya komunitas film maka layar tancap bisa menjadi ajang untuk mempertontonkan film buatan komunitas tersebut kepada masyarakat luas. Memang pemutaran film pendek sering dilakukan tapi sangat jarang yang sampai menyentuh masyarakat pedesaan.

Kualitas secara audio visual barangkali kalah dengan film-film yang tampil ditelevisi atau bioskop tapi ide-ide segar dalam mengemas pesan tidak kalah bahkan kerapkali membuat kita geleng-geleng kepala. Ide kreatif yang seringkali ditampilkan dalam film yang dibuat secara independen dapat menumbuhkan daya tarik dan rasa penasaran pada masyarakat, bisa jadi sesuatu yang menarik yang mereka temui dalam film pendek tidak bisa dilihat di layar kaca maupun di bioskop.

Salah satu kelebihan layar tancap yang digelar oleh komunitas film adalah bisa menjadi ajang berbagi ilmu kepada masyarakat. Jadi disamping masyarakat terhibur dengan film yang disajikan, masyarakat juga mendapat pengetahuan lebih terkait dengan pembuatan film.

Sisi Lain

[caption id="attachment_139590" align="alignleft" width="204" caption="Putar Roda Ekonomi : Tampak pedagang menjajakan dagangannya di area layar tancap"][/caption]

Bioskop identik dengan gera-gerai popcorn atau minuman ringan sebagai teman untuk menikmati film, layar tancap juga tak kalah dalam hal memutar roda perekonomian masyarakat sekitar. Layaknya acara yang mendatangkan kerumunan orang muncul pedagang dadakan.

Antusias masyarakat dalam menonton layar tancap tampaknya memang benar-benar dimanfaatkan sebagian orang untuk mengais rejeki. Seperti yang terjadi di dusun Lowok Beji kecamatan Ngajum Kabupaten Malang muncul pedagang makanan atau mainan anak ditengah kerumunan masyarakat yang membuat suasana semakin semarak.

Alternatif hiburan yang menyentuh segala lini lapisan masyarakat inilah yang saat ini dibutuhkan masyarakat indonesia terutama masyarakat pedesaan untuk sejenak membebaskan pikiran disela-sela penatnya rutinitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline