Lihat ke Halaman Asli

Bahas Ah.

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Prakata:

Konten tulisan ini seutuhnya aku sadur dari blogku: outnspoken.wordpress.com

Kali ini aku akan menuliskan isi kepalaku seutuhnya dalam bahasa Indonesia—bahasa ibuku. Dan bapakku.

Nggak deng… Bapak gue ngomong Batak.

Hidup di jaman yang serba digital, menggapai dunia melalui sentuhan—dalam denotasinya—mudah sekali kita memperoleh informasi yang bertebaran di dunia maya. Informasi yang tersampaikan juga jauh lebih cepat.

Salah satu informasi yang aku dapatkan hari ini adalah sebuah tulisan dari seorang pemotivasi/guru besar FEUI yang bagaikan oase seperti yang tertulis di Kaltim Post mengenai profil singkatnya.

Di artikel ini dia menuliskan pentingnya kemampuan berbahasa lebih dari satu dan kaitannya dengan kemampuan kognitif seseorang. Secara keseluruhan bagus pesan yang dia coba sampaikan. Namun menyampaikan bahwa bahasa Inggris adalah bahasa dagang? Mungkin iya, salah satunya, tetapi memosisikannya di situ jelas kurang pas.

Aku berbahasa Inggris dengan klien bisa saja dianggap sebagai kegiatan berdagang, walaupun tidak sepenuhnya begitu. Aku menggunakan bahasa Inggris dengan mereka, dengan teman-temanku sesederhana karena bahasa Indonesia bukan bahasa utama mereka atau sekadar ingin mempraktikkan kelancaran lidahku melafalkan bahasa keduaku itu.

Betul ketika seseorang bisa lebih dari satu bahasa kemampuan otaknya untuk berpikir, menentukan sebuah keputusan, dan memosisikan dirinya pada sebuah komunitas pasti lebih baik. Tidak mungkin di tengah rapat direksi istilah bahasa gaul semacam gueelu, atau bahkan cyin pantas untuk dipergunakan. Ya keleus…

Di saat itulah sesorang mempergunakan otaknya untuk berpikir lebih kuat lagi dan memilah kata-kata di kepalanya. Dengan kata lain otaknya lebih sering terlatih—harapannya, ke depannya jadi lebih pintar.

Tetapi entah apa yang sedang dipikirkan pak Rhenald saat menuliskan artikel ini. Seolah isi kepalanya terburai bertaburan berserakan di saat menentukan diksi yang pas untuk mewakili kekuatan tulisannya sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline