Oleh: Hartoyo Menurut Valentina Sagala (pendiri Institute Perempuan dan aktivis hak anak), bahwa anak bukanlah "properti/barang atau miniatur" orang tua. Hal ini diungkapkan pada talkshow di Green radio (25/5/11) Jakarta dalam rangkah peringatan hari anak nasional,23 Juli 2011. Dalam konteks ini, setiap anak mempunyai hak yang sudah melekat pada diri anak sejak lahir, hak yang bukan berasal dari orang tua,guru,tokoh agama atau negara. Sesuai dengan konvensi Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) bahwa anak mempunyai hak tumbuh kembang sesuai dengan diri anak, hak mendapatkan informasi dan hak tanpa diskriminatif dalam bentuk apapun. Jadi, mengharuskan setiap anak "menjadi" orientasi seksual dan identitas gender tertentu, merupakan sebuah pelanggaran hak anak yang mendasar, ungkap Valen. Hal senada disampaikan narasumber lainnya, Marcia Soumokil, yang menyatakan bahwa ada banyak orang tua sebenarnya bisa menerima keadaan anaknya sebagai seorang homoseksual. Tetapi karena "tekanan" sosial membuat orang tua harus melayani keinginan orang lain, ungkap ibu dari dua orang anak tersebut. Marcia sendiri telah mengajarkan tentang orientasi seksual dan identitas gender kepada anaknya sejak berumur 6 tahun dan sudah siap jika anaknya dikemudian hari menentukan sebagai homoseksual.
Sekarang ini ada banyak gay ataupun lesbian menjadi ketakutan ketika ingin jujur kepada orang tua tentang orientasi seksualnya. Padahal belum tentu setiap orang tua membenci ataupun menolak keberadaan anaknya sebagai seorang homoseksual (gay atau lesbian), ungkap Marcia. Situasi di Indonesia,membuat gay dan lesbian memilih diam "menyelesaikan" dirinya sendiri tentang orientasi seksualnya. Karena tekanan sosial tersebut membuat seorang gay dan lesbian memilih menikah sebagai heteroseksual. Tapi tindakan pernikahan itu tidak membuat berhentinya rasa dan keinginan sebagai seorang homoseksual. Kalau sudah begini, bukan hanya persoalan bagi gay/lesbian saja tetapi juga bagi istri dan anak-anaknya. Biasanya bagi seorang gay yang tidak akan menikah dengan perempuan memutuskan "meninggalkan" keluarga dengan cara "ngekos" ataupun menetap diluar negeri. Berangkat dari pengalaman itu, mendiskusikan dan memberikan informasi keberagaman orientasi seksual dan identitas gender sejak dini ditingkat keluarga menjadi penting bagi anak. Hal ini baik bagi masa depan anak untuk tidak menjadi orang "munafik". Talkshow kal ini dipandu oleh dua orang penyiar kocak, Lola dan Dennis yang disiarkan setiap Minggu malam pukul 22.00 - 00.00 WIB, gelombang 98,2 fm (wilayah Jabodetabek) atau dapat diakses melalui internet di www.greenradio.fm *Sekum Ourvoice www.ourvoice.or.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H