Setelah lama absen dari menulis di kompasiana, akhirnya saya bisa berkesempatan kembali untuk menulis. Absennya saya dikarenakan saya sedang mencari sumber-sumber referensi tulisan. Dan kali ini saya kembali dengan sebuah tema yang sangat menarik.
Al-Quran dan Alkitab, dua kitab suci agama di dunia, yakni Islam dan Kristen. Keduanya kadang menceritakan hal yang mirip, namun tidak sedikit pula hal yang bertentangan. Kali ini, dalam saya ingin membahas mengenai Yesus di dalam Alkitab dan Al-Quran.
Yesus dari Nazaret adalah pribadi paling berpengaruh yang pernah hidup. Dua puluh abad selepas kematian-Nya, daya tarik-Nya tetap abadi. Tayangan televisi "In Search of Jesus" menarik lebih 16 juta penonton di seluruh negara. Film "The Passion of Christ" juga sukses. Lalu ada pula buku tulisan Dan Brown, "The DaVinci Code", menjadi buku yang sangat laris sehingga melebihi 100 juta cetakan di dalam 40 bahasa. Ini membuktikan bahwa Yesus adalah pribadi yang penuh pesona dan daya tarik, bahkan hingga hari ini.
Namun, siapakah Dia yang sebenarnya? Adakah Dia hanyalah nabi biasa seperti yang telah diajarkan dalam Al-Quran dan Islam, tidak lebih? Atau adakah Yesus, seperti yang dinyatakan di dalam Alkitab dan umat nasrani, adalah Allah? Siapakah Yesus yang sebenarnya?
Sebelum melihat pembahasannya, kita dapat mengetahui beberapa hal penting tentang Yesus. Saya akan memperkatakan hanya tiga fakta penting mengenai Yesus yang saya dapatkan dari referensi faktual sejarah. Fakta ini lepas dari sudut pandang agama tertentu.
1. Konsep Yesus akan diri-Nya sendiri yang sangat radikal. Al-Quran mengajarkan bahwa Yesus tidak lebih dari sekadar nabi biasa yang memanggil orang untuk menyembah Tuhan yang esa. Namun, Alkitab menjelaskan sifat Ke-Allah-an Yesus. Yesus tidak hanya manusia biasa. Yesus adalah Allah. Lebih lanjut bisa dibaca di sini. ("Apakah Yesus Pernah Berkata Dia Adalah Allah?", "Makna Kata Anak Manusia dalam Injil")
2. Penyiksaan dan penyaliban Yesus. Menurut kitab-kitab Injil, Yesus disiksa atas perintah mahkamah agama Yahudi karena berkata bahwa diri-Nya adalah Allah dan karena mengaku "Raja Orang Yahudi". Peristiwa penyaliban dan kematian Yesus ini kemudian diulang di dalam Kitab lain, misalnya Kisah Para Rasul dan Surat-Surat Rasul Paulus. Tapi tidak hanya itu saja, tulisan-tulisan lain di luar Alkitab pun mencatat peristiwa kematian Yesus. Misalnya tulisan Josephus seorang sejarawan Yahudi dan Mara bar Serapion seorang penulis dari Syria. Tacitus sejarawan Romawi pun mencatat peristiwa penyaliban Yesus dibawah pemerintahan Pontius Pilatus. Kita bisa melihat bahwa pihak-pihak lain di luar Kekristenan pun mencatat peristiwa penyaliban Yesus.
3. Kebangkitan Yesus. Mengenai fakta-fakta kebangkitan Yesus bisa dilihat di sini ("Bukti Kebangkitan Yesus", "Fakta Kebangkitan Yesus").
Dari fakta-fakta sejarah di atas, jelaslah bahwa Yesus benar-benar mati dan telah bangkit dari kematian (Ini pun diakui oleh orang-orang kafir). Tapi kalau mau diselidiki, fakta ini punya dua konsekuensi penting:
Pertama, karena Yesus bangkit dari mati, Dia tidak mungkin hanya manusia biasa. Manusia tidak bisa bangkit dari mati. Hanya Allah yang berkuasa atau kematian. Jadi, Yesus mungkin adalah Allah seperti yang dikatakan-Nya. Yang kedua, Yesus membuktikan bahwa tuduhan orang Yahudi bahwa Dia telah menghujat Allah itu salah. Sebab kalau Yesus benar menghujat Allah, bagaimana Dia bisa bangkit? Padahal hanya Allah sendirilah yang berkuasa atas kematian dan kebangkitan.
Kesimpulannya, (1) Yesus memiliki konsep yang amat radikal mengenai diri-Nya: yakni Dia adalah Allah bahwa Yesus telah disiksa, disalibkan, dan mati, (3) Yesus telah bangkit dari kematian.