Lihat ke Halaman Asli

Indonesia Lemah dan Terancam oleh Singapura, Malaysia dan Australia

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1391956289951300400

[caption id="attachment_311125" align="aligncenter" width="633" caption="Peta Negara-negara ASEAN"][/caption]

Bermula kontroversi Indonesia - Singapura soal nama Usman Harun pada salah satu kapal fregat milik RI, Indonesia di ujung kepanikan. Hari ini Minggu 9 Februari 2014 di Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar Pakuwon, Sukabumi, Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo mengungkap rasa kekhawatiran, "Apa yang terjadi kalau Singapura setop BBM ke Indonesia, apa yang terjadi kalau Malaysia juga setop ekspor BBM ke Indonesia? Lima ari kita bisa meninggal."

Susilo melanjutkan jika terjadi dalam kondisi perang, maka pesawat tempur canggih, kapal perang, tank tempur dan kendaraan tempur milik Indonesia tidak akan bisa beroperasi dalam waktu yang lama. Selengkapnya disini.

Rasa kekhawatiran itu terjadi memang bisa dikaitkan  dengan persoalan Indonesia dengan negara-negara tetangga yang sempat memanas akhir-akhir ini.  Peristiwa terakhir seolah memperingati kita bersama.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia per hari harus mengimpor 900,000 barel crude oil dan BBM dari keseluruhan kebutuhan 1,4 juta barel per hari. Faktanya Indonesia hampir seluruhnya membeli dari Singapura.

Kita tidak tahu apa maksud di balik Singapura memprotes nama KRI itu, apakah sekedar bahwa nama itu terkait dengan pelaku peledakan bom di MacDonald di tahun 1965? Atau ada maksud lain? Misalnya Singapura berkonspirasi dengan Australia untuk "menjatuhkan" Indonesia. Singapura memerlukan alasan yang bisa menghentikan penjualan minyaknya ke Indonesia. Perlu kita ingat bahwa, dalam hal penyadapan oleh Australia terhadap Indonesia, Singapura membantu memuluskan penyadapan ini dengan menggunakan jaringan SingTel yang memiliki perusahaan telekomunikasi Telkomsel di Indonesia.

Dan juga, dua hari yang lalu diketahui bahwa Australia memberikan hibah dua kapal patroli kepada Malaysia. Hal ini tentu saja bisa diartikan bahwa Australia mendekati Malaysia setelah dibekukannya kerjasama militer dengan Indonesia akibat soal penyadapan.

Kini seolah tiga negara tetangga Indonesia yaitu Australia, Malaysia dan Singapura mengepung dan mengeroyok Indonesia. Bisa jadi langkah berikutnya adalah Singapura karena kontroversi nama kapal fregat Usman Harun macet, Singapura menghentikan penjualan minyaknya ke Indonesia, kemudian disusul oleh Malaysia dengan memunculkan isu sensitif persoalan tenaga kerja Indonesia juga menghentikan penjualan minyaknya ke Indonesia. Indonesia akan lumpuh dalam beberapa hari, dan Australia memanfaatkan situasi ini untuk menggempur Indonesia. Bisa jadi.

Apalagi situasi dalam negeri Indonesia sendiri saat ini sedang sibuk mempersiapkan pemilu, konsentrasi semua komponen dicurahkan menyukseskan hajat bangsa ini. Penguasa mempersiapkan diri untuk mempertahankan kekuasaan, oposisi berusaha keras memenangkan dan merebut kekuasaan, rakyat disibukkan untuk mendengar kampanye para politisi. Aparat keamanan disiapkan untuk menjaga ketertiban berlangsungnya pemilu, kegiatan pemerintahan hampir semua berhenti sementara. Ini adalah keadaan yang lemah bagi Indonesia dan bisa menjadi sasaran empuk bagi negara-negara tetangga untuk mengganggu, bahkan menjatuhkan Indonesia.

Ah, ini mungkin pikiran kekhawatiran saya saja. Saya bisa salah. Tapi, seandainya saya benar, bagaimana? Siapkah Indonesia? Yang jelas kita  saat ini lemah, karena kebutuhan bahan bakar Indonesia impor dari Singapura dan Malaysia yang memiliki konflik terpendam dengan Indonesia.

--------mw--------

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline