[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Jokowi Memberikan Keterangan Pers"][/caption]
Luar biasa. Megawati mengorbankan kepentingan pribadinya untuk kepentingan yang lebih besar. Ia pada akhirnya mengalahkan egonya demi mendengar keinginan sebagian besar suara nurani rakyat Indonesia. Padahal sebagai Ketua Umum PDIP ia bisa memutuskan dan mendeklarasikan dirinya untuk maju menjadi calon presiden 2014. Walaupun ia punya kekuasaan mutlak untuk melakukan hal itu, ia tak gunakan kesempatan itu, malah ia memberikan kesempatan itu kepada seorang yang dianggap tukang mebel dan berwajah ndeso serta lebih muda yang saat ini menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi dideklarasikan oleh mulutnya sendiri sebagai calon presiden yang khususnya didukung oleh PDIP dan sebagian besar rakyat Indonesia pada umumnya.
Tanggal 14 Maret 2014 di Kantor Pusat DPD PDIP, Megawati Soekarnoputri membacakan surat perintah harian PDIP yang intinya mendeklarasikan secara resmi sikap PDIP untuk pencapresan Jokowi. Surat harian itu dibacakan pada pukul 14.45 WIB dan didampingi oleh Puan Maharani dan Tjahjo Kumulo.
“Tepat pukul 14.45 WIB, Ibu Ketua Umum Megawati memberikan surat perintah harian dan instruksi kepada pengurus partai,” ujar Ketua Fraksi PDIP Puan Maharani di kantor DPP PDIP, Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (14/3/2014).
Surat perintah harian itu ditulis tangan langsung oleh Megawati dan dibacakan di depan pengurus inti PDIP. Terlihat Megawati mengenakan baju putih dengan syal berwarna merah.
Suatu sikap pengorbanan yang sulit ditiru oleh petinggi partai lain tidak hanya di Indonesia, bahkan mungkin di dunia. Seorang ketua umum sebuah partai besar memberikan jatah untuk menjadi penguasa tertinggi di suatu negara kepada kader yang menjadi bawahannya.
Jusuf Kalla, seorang politisi senior Partai Golkar, mengapresiasi langkah Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang mengusung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk maju sebagai calon presiden. Menurut dia, sangat jarang ada ketua umum partai politik di Indonesia yang mampu bersikap seperti Megawati.
"Ibu Mega menyerahkan kesempatan itu ke Jokowi, tidak mudah itu. Boleh dibilang tidak ada ketua umum partai yang siap melakukan seperti itu," kata Kalla saat berbincang dengan sejumlah awak media di kediamannya di Jakarta, Jumat (14/3/2014) malam. Sumber disini.
Megawati Abaikan Janji Jokowi kepada Warga DKI Jakarta? Sekali lagi bahwa Megawati melepaskan egonya untuk menjadi capres dan memberikannya kepada Jokowi, karena sebagian besar rakyat Indonesia berharap kepada Jokowi menjadi Presiden dibanding Megawati. Jadi mandat Megawati itu juga berasal dari rakyat, dan bisa jadi termasuk warga DKI Jakarta.
Megawati melihat aspek harapan kemanfaatan lebih besar jika Jokowi menjadi presiden dibanding hanya menjadi gubernur. Jakarta sebagai ibukota negara dan kota kebanggaan Indonesia harus segera dibebaskan dari banjir dan macet. Penyelesaiannya tidak bisa sendiri diselesaikan oleh Pemda DKI Jakarta. Sebagian persoalan Jakarta memerlukan kebijakan yang lebih integratif, misalnya masalah banjir, macet dan sampah. Penyelesaian persoalan-persolan itu tidak bisa hanya diselesaikan tanpa melibatkan pemda-pemda lain di sekitar Jakarta. Beberapa waktu yang lalu, Jokowi harus "bersitegang urat leher" dengan Pemda lain seperti Tangerang, Bekasi, Depok dan Bogor untuk mengurai banjir dan sampah. Nah, harapan penyelesaian itu bisa ditangani jika ada power yang meliputi pemda-pemda di Jabodetabek. Kekuasaan seorang presiden yang bisa melakukannya.
Militer mendukung Jokowi? Ilyani Sudardjat seorang Kompasianer menulis dalam artikelnya, Jika Jokowi Maju Pilpres, Apakah Militer Mendukung? Tertanggal 25 July 2013 yang intinya mempertanyakan sikap dukungan militer jika Jokowi menjadi Presiden.