Lihat ke Halaman Asli

Membongkar Koalisi "Tenda Besar" Prabowo: Kesulitan Besar, Sinyal Kekalahan Prabowo Kedua?

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13976124851568127970

[caption id="attachment_320201" align="aligncenter" width="546" caption="Jempol Prabowo Yang Kalah dengan Kelingking Jokowi"][/caption]

Sumber Gambar

"Dia ingin meneruskan obsesi Pak SBY untuk menerapkan politik harmoni," kata Siti Zuhro di Hotel Atlet Senayan, Jakarta, Minggu (13/4/2014). Siti Zuhro pengamat politik LIPI berkomentar mengenai Koalisi Tenda Besar Partai Gerindra.

Meski demikian, kata dia, Gerindra berpotensi tersandera dalam parlemen seperti yang pernah dialami SBY. "Jangan terulang lagi koalisi pelangi dan koalisi gemuk, harus ada chemistry. Jangan hanya jumlah partainya banyak, tapi visi misinya belum cocok," katanya.

Sebelumnya, Partai Gerindra ingin membentuk koalisi gemuk dengan merangkul banyak partai politik. Gerindra menyebutnya dengan koalisi "Tenda Besar". Sumber disini.

Masih ingat tulisan saya Makna Tersembunyi Kelingking Jokowi dan Jempol Prabowo yang ditayangkan di Kompasiana pada 9 April 2014?  Dalam tulisan tersebut sebagaimana kita lihat faktanya bersama bahwa sinyal kemenangan PDI Perjuangan terhadap semua partai termasuk Partai Gerindra terbukti. Kelingking Jokowi yang dicelup tinta benar-benar mengalahkan jempol Prabowo yang dicelup tinta setelah mencoblos. Dalam suatu permainan apapun untuk menentukan siapa yang kalah dan menang bisa menggunakan pingsut atau sut yang dipahami oleh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Semut atau kelingking mengalahkan gajah atau jempol. Juga bisa dikatakan si kurus kelingking mengalahkan si gemuk gajah.

"Ah kebetulan?" Terhadap kebenaran itu setiap orang yang tak setuju berkata begitu sambil mencibir kepada saya. Saya tersenyum saja, kebetulan atau tidak, faktanya makna tersembunyi itu menjadi nyata dan benar adanya.

Jokowi telah memenangkan PDI Perjuangan dengan perolehan suara 19,24% (versi quick count Litbang Kompas per 16 April 2014 pukul 06.47pagi), sedangkan runner up diduduki oleh Partai Golkar 15,01% dan tempat ketiga ditempati oleh Partai Gerindra 11,77%.

Untuk bisa mengusung pasangan capres-cawapres, semua partai pemenang tersebut harus berkoalisi sehingga total perolehan suara koalisi itu minimal 25% sesuai Undang-Undang No. 42 Tahun 2008. Dengan perolehan suara (dibulatkan sesuai kaidah) 19% PDIP memerlukan kerja lebih ringan dibanding Partai Golkar 15% dan Partai Gerindra 12%. Golkar memerlukan minimal 11% tambahan, sedangkan Partai Gerindra perlu kerja keras untuk mencari tambahan yaitu minimal 14%.

Perhatikan angka 14% adalah lebih besar dari perolehan suara Partai Gerindra sendiri yang hanya sebesar 12%. Hal ini bisa diartikan bahwa nilai tawar Gerindra lebih rendah dibandingkan dengan total suara yang diperlukan. Gerindra harus memberikan kompensasi LEBIH BESAR kepada partai-partai yang diajaknya berkoalisi. Karena itu, Partai Gerindra dan Prabowo menyebutnya koalisi yang ingin dibentuk disebut TENDA BESAR dan cara mencari partner koalisinya pun seperti dikatakan oleh detik.com adalah koalisi senyap. Lihat judul berita detik.com yang berjudul Prabowo koalisi senyap, Jokowi wira-wiri yang dimuat pada Selasa, 15 April 2014.

Dalam tulisan tersebut dilaporkan bahwa Fadli Zon juga masih sempat mencibir cara Jokowi yang wira wiri mencari partner koalisi dengan mendatangi kantor pusat partai di wilayah Jakarta. Dan faktanya cibiran Fadli Zon itu bak doa kepada Jokowi. PDI Perjuangan mendapatkan hasil: koalisi dengan Partai Nasdem dan tambahan koalisi PKPI, partai yang memperoleh suara paling kecil. PDIP dengan Nasdem dan PKPI sudah pasti mengusung Jokowi sebagai calon presiden dengan total suara perolehan koalisi memenuhi syarat minimal 25%. Jokowi dan PDI Perjuangan sudah memimipin di depan selangkah dibanding Partai Gerindra --yang selalu memusuhinya-- dengan lebih berkonsentrasi memilih cawapresnya. Sedangkan Partai Gerindra masih pusing berkutat dan bernegosiasi dengan partai lain untuk berkoalisi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline