Mas Wahyu
No. 19
[caption id="attachment_328866" align="aligncenter" width="565" caption="Jejak Membatu Tubuh Sang Naga Putra Ajisaka di Pantai Selatan"][/caption]
Syahdan al kisah seorang pemuda yang memimpin suatu kelurahan di suatu desa
Medang Kemulan jauh di pinggiran kota berada di Pulau Jawa Indonesia
Sang pemuda memerintah dengan bijaksana rakyatnya pun hidup berbahagia
tak ada fitnah dan ujar hina di antara penduduknya yang tenteram, aman, dan sejahtera
Sang pemuda kurus berwajah tak rupawan tapi punya sifat baik dan dermawan
memerintah penuh kejujuran rakyat pun tenang tanpa ketakutan
walau ia kepala desa kaya raya tapi ia hidup sungguh sederhana
rendah hati dan tak suka mencaci hingga rakyatnya pun mencintainya
Sungai dan waduknya pun bersih sehingga air pun mengalir jernih gemercikan
ikan-ikan pun senang berenang bermain tak khawatir keracunan
hutan di pinggir desa pun berdiri tegak kilau kehijauan
memberikan udara bersih sepanjang hari tanpa polutan
Tanaman pangan pun tak kekurangan apalagi buah-buah segar ranum bertaburan
rakyat pun hidup penuh sifat gotong royong berdampingan penuh persaudaraan
semua di produksi di dalam negeri memberikan pendapatan per kapita yang tinggi
sehingga rakyatnya sehat dan tak ada yang kurang gizi
Sang pemuda sungguh merakyat hingga seringkali ia pergi blusukan
ia khawatir penduduknya ada yang melarat dan kelaparan
kemana ia pergi rakyatnya pun memberikan sambutan
dengan keramahan ketulusan tanpa pencitraan
Pemuda kurus tak rupawan itu bernama Ajisaka
Ia punya ilmu bela diri dan ilmu tentang agama
Walau dihormati tapi tak ada rasa ingin korupsi dan taat shalat lima kali sehari
Wajahnya cerah bersinar menarik hati jauh dari sikap tinggi hati
Syahdan Tuhan menguji sang Ajisaka sang pemimpin yang baik budi halus berbahasa
Diberinya anak berupa ular naga raksasa yang menakutkan dan angkara murka
Sungguh naga itu membuat bencana membuat lari siapa saja yang melihatnya
Ajisaka menyuruh anaknya bertapa di pingir pantai selatan samudra di pulau Jawa
Sang naga pun menuruti kehendak sang ayahanda tercinta
Ribuan tahun bertapa hingga tubuhnya ditumbuhi lumut-lumut kehijauan
Akhirnya mengeras dan dikira tanaman besar yang serba guna
Penduduk di pesisir pantai selatan pun memotong-motong untuk kayu di pembakaran