[caption id="attachment_366547" align="aligncenter" width="606" caption="Megawati Jokowi dan Prabowo"][/caption]
Dari status Facebook Presiden Jokowi terbaca kalimat perlawanan secara halus disampaikan pada Minggu (25/1) pukul 16.00 WIB. "Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti..." demikian status laman Facebook resmi Presiden Jokowi yang dikutip detikcom, Senin (26/1/2015). Menunjukkan bahwa Presiden secara tegas akan melawan dan mengalahkan bentuk sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya dengan sikap bijak, lembut hati, dan sabar.
-------
Urusan pencak silat. Itu agenda pembicaraan pertemuan antara Presiden Jokowi dan rivalnya di pilpres yang lalu, Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Pertemuan atas permintaan Presiden Jokowi ini akan berlangsung pada Kamis hari ini, 29 Januari 2015 pukul siang menjelang sore hari 14.30 WIB di Istana Bogor.
Namun, bisa dipastikan hampir semua pengamat politik mengerti latar belakang mengapa pertemuan itu terjadi. Kesan Presiden Jokowi mencari dukungan moral semakin kuat lantaran pertemuan ini digelar di saat Presiden dalam situasi "buah simalakama" di antara suara partai dan suara rakyat soal nasib pelantikan Kapolri Komjen Budi Gunawan. Langkah Presiden ini juga seolah suatu pesan khusus sebuah perlawanan yang ingin disampaikannya kepada Ketua Umum PDIP dan elite kubu Koalisi Indonesia Hebat yang terus mendesaknya agar segera melantik Komjen Budi Gunawan menjadi Kapolri.
Terkait desakan kubu KIH dan lainnya untuk segera melantik Komjen Budi Gunawan menjadi kapolri yang menjadi tersangka itu mendapatkan perlawanan dari Presiden. Tanda-tanda perlawanan Presiden itu tampak jelas dengan dibentuknya atas inisiatifnya sendiri Tim 9 Independen yang dipimpin oleh Buya Syafii Maarif padahal ada Wantimpres yang dibentuk 10 hari lalu.
Presiden bahkan mengungkapkan secara terbuka kepada Tim 9 bahwa pengusulan Komjen Budi Gunawan itu bukan inisiatifnya sendiri. Presiden juga berkisah bahwa saat ini posisinya yang amat dilematis di tengah tekanan partai-partai.
Hal-hal tersebut terungkap dalam pertemuan Tim 9 yang dipimpin oleh Syafi'i Ma'arif dengan Presiden Jokowi di Istana Negara, Rabu (28/1) kemarin. Dalam pertemuan itu, tim pimpinan Buya Syaifii Maarif itu juga memberikan saran kepada Presiden agar tidak melantik Komjen Budi Gunawan di mana saran ini berlawanan dengan saran Wantimpres yang mendorong Presiden segera melantik Komjen Budi. Bahkan, PDIP dan kubu KIH memberikan tenggat waktu untuk melantik Komjen Budi Gunawan menjadi kapolri hari ini Kamis, 29 Januari 2015.
Namun Jokowi terlihat lebih mendengarkan saran Tim 9 untuk saat ini, kabar santer pelantikan Komjen Budi yang bakal digelar hari ini pun sejauh ini tak ada tanda-tanda terlaksana. Alih-alih terlihat kesibukan Presiden untuk itu, justru sore hari nanti malah diagendakan akan bertemu Prabowo Subianto. Kabarnya Wapres Jusuf Kalla juga akan turut serta.
Perlawanan Presiden kepada Megawati dan partai pengusungnya itu tentu sah dan wajar saja, bila telah jelas mereka itu menyebabkan Presiden melenceng dari kesetiaan pada kepentingan rakyat dan konstitusi. Bahkan Presiden harus keluar dari partai jika memang diperlukan agar ia tetap pada garis "my loyalty to my party ends when my loyalty to my country begins".