Nasehat para fotografer jalanan mapan untuk menenteng kamera kapan saja dan din mana saja memang sangat benar. Fotografi jalananan saya selalu terkait dengan pekerjaan, saya menyebutnya sebagai work trip street.
Saya punya banyak kesempatan nyetreet di banyak kota di Indonesia dan berbagai negera karena penugasan atau undangan yang terkait dengan pekerjaan, meskipun pekerjaan saya tidak terkait dengan fotografi sama sekali. Biasanya saya hanya punya sedikit waktu di sela-sela pertemuan atau sesudah pertemuan.
Beberapa bulan yang lalu saya mendapat tugas untuk menghadiri sebuah pertemuan sehari di Beijing. Jadwalnya sangat padat. Untungnya saya selalu menenteng kamera sehingga saya bisa nyetreet tipis-tipis istilah anak sekarang.
Untungnya juga virus corona belum merebak sehingga saya bebas berjalan-jalan meskipun udara Beijing waktu itu sangat dingin. Saat ini dan mungkin beberapa bulan atau bahkan tahun ke depan akan sulit nyetreet di China.
Harus saya akui saya melakukan setidaknya dua kecurangan kalau ditinjau dari sudut pandang street photography garis keras. Para fotografer genre street garis keras mengharuskan kedekatan dengan subjek foto dan keakuratan framing.
Untuk menciptakan kedekatan ini maka lensa sudut pandang normal dengan fokus tetap seperti 35mm dan 50mm dipakai. Misalnya fotografer terkenal Robert Capa mengatakan bahwa "If your pictures aren't good enough, you are not close enough." Meskipun tragisnya dia terbunuh sebagai fotografer perang di Vietnam terkena ranjau darat, mungkin karena terlalu dekat.
Lensa zoom apalagi yang tele zoom biasanya "diharamkan". Saat memotret frame gambar juga harus sudah benar sehingga cropping pada saat mengedit tidak diperlukan. Zooming dan cropping yang berlebihan memang bisa membuat fotografer malas mendekati subjek foto.
"Kecurangan" yang pertama adalah memakai lensa zoom. Saya membawa lensa 35mm andalan saya untuk nyetreet tetapi saya juga membawa lensa 50-140mm. Saya sampai di Beijing pada jam 5 pagi dan sesudah tidur sekitar dua jam saya diajak ke Tembok Besar.
Dalam perjalanan ke Tembok Besar dengan minibus lensa 35mm sulit digunakan, maka "kecurangan" pertama terjadi. Zooming memungkinkan saya memotret subjek yang jauh dan sayai tidak kehilangan momen. Hampir tidak mungkin saya menunggu subjek dekat karena minibus melaju dengan kencang. Hanya beberapa foto saja yang saya ambil dengan lensa 35mm ketika saya berjalan kaki di dekat tempat konferensi.
Kecurangan kedua adalah kelanjutan dari kecurangan pertama. Karena foto-foto saya ambil dengan lensa panjang dari dalam minibus yang melaju, ada foto-foto yang framingnya tidak seperti yang saya inginkan, maka harus saya crop atau potong. Pemotongan ini saya lakukan untuk menempatkan subjek utama foto pada posisi yang enak dilihat.
Selamat mencoba zooming dan cropping dalam street photography apabila kondisi ideal tidak memungkinkan.