Saya kadang teringat dosen saya yang sekarang sudah meninggal, kalau ada sesuatu beliau sering berkomentar: "Tidak ada barang baru!". Mungkin dia mengacu pada kenyataan bahwa peristiwa sejarah sering terjadi berulang-ulang dalam bentuk yang berbeda tetapi tak jarang esensinya sama. Demikian pula intrik dan pergolakan politik yang terjadi di kepulauan Nusantara yang saat ini bernama Indonesia.
Saat ini misalnya, kita kewalahan mencerna informasi yang masuk ke kepala yang berasal dari media massa. Yang paling marak saat ini adalah masalah kenaikan BBM yang mengemuka dan menutup kasus-kasus sebelumnya seperti kasus korupsi dan dugaan pemenangan gubernur BI, kasus korupsi para petinggi partai tentang pembangunan wisma atlet, atau yang sudah mulai dilupakan seperti kasus lumpur panas yang menghilangkan kehidupan warga negara yang menempati beberapa kecamatan, atau lagi beberapa kasus pelanggaran HAM berat. Tamparan-tamparan informasi yang datang setiap hari seolah membuat kita gegar dan menderita amnesia, lupa kesejarahan intrik politik dan kekuasaan negri ini.
Salah satu peristiwa sejarah yang telah menjadi semacam mitologi atau dongeng adalah manuver kekuasaan Ken Arok. Sejarah ini telah diinterpretasikan menjadi karya fiksi antara lain oleh Moh. Yamin dan Pramoedya Ananta Toer. Interpretasi ulang senantiasa perlu dibuat supaya kita tidak mengalami amnesia sejarah.
Saya menginterpretasikan lagi manuver sejarah berdarah Singasari ini dalam bentuk novelet. Kisah cinta berbalut intrik politik kekuasaa berdarah ini pernah say terbitkan secara berseri di Kompasiana, maka pada halaman dedikasi novelet ini saya dedikasikan kepada Kompasianer yang telah memberi inspirasi, memberi kritik dan saran, serta apresiasi. Novelet ini diterbitkan oleh Createspace dan tersedia di Amazon.
Semoga novelet ini bisa merangsang pembaca untuk selalu menginterpretasikan semua peristiwa manuver dan intrik politik yang terjadi saat ini yang selalu berbalut cinta, uang, dan kekuasaan. Semoga kita tidak cepat menjadi pikun dan lupa kesejarahan intrik politik dan kekuasaan negri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H