Cinta. Wak wak wak. Sebuah kata yang bisa membuat orang demam, deg-degan, detak jantung cepat, dengkul gemetar. Bahkan mulut bisa terkunci. Bahkan ada yang sampai bunuh diri atau membunuh.
Cinta seorang lelaki pada seorang perempuan bisa begitu banyak cara menyampaikannya. Ada yang menyampaikan dengan terang-terangan. Ada yang menyampaikannya dalam bentuk perhatian.
Begitupun cinta seorang perempuan pada lelaki, bisa begitu banyak cara untuk menyampaikannya. Ada yang dengan terang-terangan. Ada juga yang cuma ngimpi. Betul untuk sebagian budaya masyarakat, seorang perempuan itu pasif tetapi walaupun pasif pada titik tertentu boleh dong agresif daripada tak tahu rasa perasaan diri dan bikin baper sampai mati.
Bahkan ada yang memberi waktu hingga 30 tahun. Betul 30 tahun walau sudah dinikahi-menikahi dan memiliki empat anak. Sang perempuan cuma bilang perjalanan cinta ini masih jauh.
Padahal sang perempuan sering nyeplos keceplosan kalau dia mencintai lakinya yang sudah dikawininya. Cuma ya gitu terkadang kalau ditanya serius, jawabannya juga serius, "belum tiga puluh tahun. Belum teruji".
Bahasa cinta itu sederhana. Jika seandainya, berharap cinta tetapi dibikin rumit ya bablas. Mimpi wae. Cinta tak akan pernah sampai.
Cinta itu sederhana. Sesederhana ketika meneguk air putih di pagi hari dengan rasa syukur.
Seorang lelaki terbirit-birit dari Bandara Talang Betutu terus gas pol ke Pantai Timur Sumatra. Sang pacar berkata, "kalau kau tak datang dalam tiga jam kau akan menyesal seumur hidup". Itulah pembicaraan terakhir ketika akan terbang ke Palembang.
Ojek dari Talang Betutu, 100 ribu perak menembus kebun sawit. Jalan tanah kalau hujan berlumpur, kalau panas berdebu. Menuju desa terujung tepi pantai.
Sesudah sampai di tempat kerja sang pacar, sang cowok makin terperanjat karena suasana ramai. Wadidaw ternyata seluruh pegawai lagi makan bareng. Lauknya ikan laut, ikan teri, kerupuk. Sayuran rebus, bayam, kol, kecambah. Ada bumbu urap. Full sehat.