Lihat ke Halaman Asli

OtnasusidE

TERVERIFIKASI

Petani

Revolusi Seksualitas: Jangan Sange-an

Diperbarui: 4 November 2021   09:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

IlustrasiI Photo: Charles Deluvio @ unsplash.com

Bagi yang kepala sange-an lebih baik tinggal di gua tanpa listrik tanpa jaringan internet. Visual seksualitas seolah hadir tanpa batas dan tak berjeda. Muncul dua puluh empat jam, tujuh hari seminggu.

Ada goyang pargoy. Ada wear big challenge, Ada bugs bunny challenge. Ada tante bla bla bla. Ada VPN lagi. Jadi dunia sudah tak berbatas antara dunia nyata dan dunia maya. Seksualitas di dalamnya menjadi sangat absurd.

Eksibisionis yang mencuat beberapa hari terakhir adalah fenomena keliaran dari kebutuhan dasar manusia. Manusia sudah tidak bisa mengontrol lagi kebutuhan dasar paling bawah tetapi memiliki efek teratas pada diri manusia. Melewati akal sehat sebagai makhluk berakal berpikir.

Memamerkan alat kelamin dan melakukan aktivitas seksualitas di area publik seakan-akan menjadi kebutuhan untuk ditumpahkan. Tidak ada lagi rasa malu. Semua secara reflek terjadi. Aneh. Tidak, itulah jalan kaum eksibisionis untuk melepaskan hasrat seksualitasnya.

Inilah revolusi seksualitas sebelum Revolusi 4.0. Cerita seksualitas pada waktu SMA diam-diam dibaca ketika jam istirahat. Fotokopi berpindah dari satu meja ke meja lainnya. Begitupun buku-buku cerita detektif dibalut dengan adegan seksualitas secara vulgar dipinjam pinjamkan sana-sini. Anak-anak SMA 80-an begitu adanya, tidak seluruhnya. Ada yang diam-diam hamil dan kemudian menghilang tak berjejak. Semua berkasak kusuk secara terbatas.

Revolusi seksualitas di Revolusi  4.0 tak berbatas. Kejadian di ujung pulau menjadi viral dan diketahui oleh orang di ujung lainnya. Seksualitas ditabukan tetapi berkembang biak di telepon genggam. Cerita seksualitas sudah masuk di Youtube. Visual dan audio bergerak dengan menarik layar ke atas. Begitu mudah berbagi seksualitas. Begitu mudah masuk alam bawah sadar. Begitu masuk berkembang biaklah, beranak pinak seperti dialog Basic Instinct antara Sharone Stone dan Michael Douglas di atas ranjang.

Seduksi juga bermetamorfosis tidak lagi dalam kata-kata melalui jaringan kabel telepon ataupun surat pos. Pernah lihat video lelaki ganteng atau perempuan cantik duduk di restoran.  Memandang tepat ke orang yang sedang menjadi sasaran. Si lelaki atau si perempuan menjilati es krim. Perempuan ataupun lelaki sasaran menjadi jengah. Itu ruang terbuka publik.

Ketika jengah membuncah si lelaki atau perempuan yang menjilati es krim berdiri tegak memakai kaca mata hitamnya dan membuka tongkat khusus tunanetra . Drop dah, perempuan ataupun si lelaki sasaran.

Leletan lidah di es krim itu tergantung otak mengolah dan meresponnya. Begitupun ketika orang menjilat menelan pisang. Bila olahan dan responan masuk ke kebutuhan dasar jadinya wadidaw.

Ketika seorang perempuan ditepuk pantatnya di sebuah pusat perbelanjaan. Ketika seorang perempuan dipegang pinggangnya di sebuah tempat wisata. Ketika seorang perempuan dipegang tangannya di ruang publik tempatnya bekerja. Adalah sebuah pameran visual kasih sayang yang melelehkan hati bagi kaum jomblo.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline