Lihat ke Halaman Asli

OtnasusidE

TERVERIFIKASI

Petani

KM 13

Diperbarui: 2 November 2021   10:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Michael Moritz @ unsplash.com

Titik KM 13 Desa Sukowarno selama 6 bulan terakhir ngeri-ngeri sedap. Kiri kanan jalan sudah rumah penduduk. Namanya jalan desa kadang ramai lalulalang kendaraan lewat, tapi lebih banyak sepinya. 

Sudah enam orang jatuh di sekitaran titik KM 13. Enam orang itu rata-rata sudah setengah tua. Mereka dibonceng pakai sepeda motor. Tiga orang jatuh, seperti melorot dari motor. Dua orang jatuh njengkang. Satu orang umur lima puluhan tahun jatuh dari motor tetapi motor jalan sendiri sekitar 500 meter. Semua berjenis kelamin perempuan.

Warga desa geger. Desa tetangga apa lagi. Kejadian rata-rata antara jam 11 siang sampai jam dua sore. Polsek persiapan pun sudah memasang rambu peringatan menjelang masuk titik lokasi rawan kecelakaan tunggal.

Perangkat Desa Sukowarno dan desa sekitar pun sudah berdoa dan meminta agar kejadian tidak terulang lagi. Warga juga diminta untuk waspada, hati-hati dan selalu berdoa agar selamat melewati titik KM 13.

Semua masih misteri. Mereka yang jatuh tidak tahu penyebabnya. Motor yang dikendarai tidak dalam kecepatan tinggi. Saksi banyak karena warga sekitar pada jam-jam tersebut biasanya pada pulang dari kebun. Mereka beristirahat sejenak untuk jelang sore kembali ke kebun.

Ada bocah gendeng, kerjaan tidak jelas. Tidak bisa disebut bocah karena umurnya sudah tidak muda. Tapi rambutnya masih gondrong tidak jelas. Sewaktu kecil pernah diseret kambing, melorot dari pohon kelapa. Paling heboh adalah mau disunat tapi minta disunat pakai bambu. Bocah ini tertarik dengan kejadian perempuan yang jatuh beruntun selama 6 bulan di titik KM 13.

Bocah Gendeng ini telaten membina kepercayaan dengan masyarakat sekitar. Seminggu dua minggu ngobrol ngalor ngidul dengan warga sekitar di titik KM 13. Akhirnya sampai pada satu dugaan sementara kalau di titik itu dan sekitarnya dulu memang pernah ada kejadian seorang anak "Londo" yang sakit dan terpaksa "ditinggal" di sekitar lokasi. Lokasi sekitaran adalah lokasi minyak. Makanya warga sekitar menyebut dengan "bor". Untuk mendapatkan minyak dibuatlah sumur yang dibor. Ada 9 lokasi bor yang diketahui masyarakat dan tokoh masyarakat sekitar. Lokasi bor satu dengan bor yang lain lumayan berjauhan walau masih dalam satu kecamatan di Punggung Bukit Barisan Sumatra.

Si Bocah Gendeng juga menelusuri 6 orang perempuan yang jatuh. Mereka warga sekitaran Sukowarno. Info yang didapat mereka tidak sadar dan tahu-tahu sudah ditolong dikeliling warga. Dikeroki warga. Dibuatkan teh manis hangat. Diberi minyak angin. Polanya hampir persis sama.

Hanya satu perempuan yang dirawat di Puskesmas Rawat Inap. Si Bocah Gendeng pun menelusurinya. Perempuan yang dirawat selama tiga hari itu kondisinya baik. Dokter yang merawat sampai tertawa dengan pengaruh perempuan tersebut. Namanya Mbah Alim. Puskesmas ramai waktu Mbah Alim dirawat.

"Mulai dia datang sampai dia pulang. Puskesmas ramai pembesuk si Mbah. Kipas angin dibawa. Kue kering, pisang ambon, pisang gedah. Pisang goreng. Pagi, siang, sore bahkan malam. Kami terpaksa buat aturan untuk satu-satu mbesuknya. Mereka akhirnya kumpul di luar," kata dokter yang ternyata mantu mantri teman baik Mbah Alim.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline