Rasa Satu
Berbicara soal rasa, itu sangat personal sekali. Bahkan tubuh memiliki otonomi sendiri-sendiri untuk rasa. Orang lain tidak bisa mengenali rasa yang sangat personal. Rasa hanya bisa dirasakan oleh tubuh yang merasakan.
Rasa nasi bungkus dengan dua lauk misalnya. Orang lain akan menganggapnya sebagai biasa saja. Walau harganya berbeda tipis tipis dengan dua nasi bungkus dengan lauk.
Bagi pelaku, nasi bungkus dua lauk akan mengingatkan, akan meload memori yang tersimpan di otak. Perkebunan karet. Terbanting di jalanan berlumpur atau terguncang-guncang di speedboat adalah dua pilihan perjalanan di Pantai Timur Sumatra tahun 1990-an.
Dua lauk satu porsi nasi adalah proses berbagi dalam dua rasa. Satu rendang, satu ayam panggang. Satu suka sambal ijo, satu kurang suka. Bagaimana membagi dalam campuran satu bungkus itu adalah permainan suap dan atur serta bagi. Konsepsi tahu diri dan sadar diri untuk memperhatikan orang lain yang sedang makan bersama adalah kunci.
Rasa itu personal, mari dikeluarkan lebih dalam. Ada orang suka makan pempek panggang setengah matang, misalnya. Apa nggak bikin pusing tuh pesanan. Entah apa rasanya.
Bertahun-tahun hidup bersama dan setiap kembali ke home town belum pernah mencicipinya. Itu adalah ngidam anak sulung in heaven yang terus terjadi kalau balik ke home town.
Itu adalah kangen. Itu adalah obat rindu. Tidak bisa dijelaskan dan tidak perlu dijelaskan. Semua biarkan berjalan dengan sendirinya. Itu adalah sesuatu yang berjalan dengan sendirinya. Sesuatu yang tersimpan di bawah alam sadar. Sesuatu yang indah asal kau bahagia.
Makan pempek panggang Cecep di Bangau Palembang. Cecep pun dibuat terdiam sejenak untuk membakar pempek menjadi setengah matang. Membakarnya pakai arang ya. Begitupun dengan makan model gandum dengan kuah mie celor plus kecambah adalah di luar pakem. Cuma itu terjadi dan kejaden. Rasanya juga mak nyus.
Rasa Dua
Rasa itu tempat dan suasana. Peliharalah rasa itu. Jangan lupa untuk bersyukur.
Bersyukur karena saat Pandemi Covid 19 ini banyak yang tidak bisa merasakan. Merasakan rasa di lidah. Merasakan rasa di hidung. Dua rasa itu maha penting. Makan pun menjadi hambar. Bahkan bau kentut sendiri pun tak terbaui. Sungguh sedih.