Para pemangku kepentingan mulai dari Kementerian Kesehatan, Satgas Covid 19, Gubernur selaku perwakilan pemerintah pusat dan bupati/walikota harus cermat berhitung dan mempersiapkan alternatif-alternatif untuk perawatan pasien Covid 19 termasuk ruang ICU untuk kegawatdaruratan.
Jawa Timur, Jawa Tengah, Jabar dan Jakarta sekarang sedang berjuang untuk menanggulangi semakin banyaknya pasien Covid 19.
Akankah pelayanan kesehatan kolaps karena meledaknya pasien Covid 19? Pertanyaan-pertanyaan tersebut menghantam kepala beberapa hari terakhir. Apalagi kalau melihat data-data dari media main stream dan covid19.go.id. Semuanya menunjukkan kenaikan yang sangat signifikan.
Tidak perlu debat lagi soal kedatangan tenaga kerja asing disandingkan dengan mudik. Tidak perlu lagi debat dengan para Social Justice Warrior yang mengkritisi soal larangan mudik. Demikian pula dengan para pemudik yang membagikan jalan tikus untuk lolos dari penyekatan. No debat pula dengan orang-orang yang tidak percaya dengan adanya Covid 19.
Sekarang adalah waktunya untuk memperbaiki "kerusakan" yang terjadi dari tidak dipatuhinya larangan mudik. Sekarang adalah waktunya memetik buah dari ketidakpatuhan atas mudik, kumpul-kumpul dan hajatan.
Mari dinikmati atas apa yang telah dilakukan. Collateral damage. Ini bukan operasi militer tetapi akibat sipil mencari celah yang mengakibatkan rusaknya sistem dan membawa korban jiwa dari orang-orang yang seharusnya tidak menjadi korban dari penyebaran Covid 19.
Kluster hajatan di Lamongan mengakibatkan 100 orang terpapar COVID-19. Sebanyak 9 orang meninggal dunia. Desa Sidodowo Kecamatan Modo itu akhirnya lock down dua minggu. Di Madiun, warga dua RT batuk dan pilek usai hadiri acara nikahan ketika di tes antigen 66 orang positif. Langsung lock down.
Di Bangkalan Madura kompas.id melaporkan, lonjakan kasus masih tinggi ada penambahan 490 pasien Covid 19. Sejak delapan hari terakhir kematian akibat Covid 19 juga tinggi. Secara rerata harian, jumlah pasien bertambah 61-62 orang dengan kematian 5-6 orang. Kepala RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan Nunuk Kristiani menyebut di Bangkalan banyak sekali terjadi klaster keluarga. Di keluarga itu ada yang meninggal 2-3 itu banyak terjadi.
Di Kudus sebanyak 83 persen dari 2.181 pasien Covid 19 merupakan Varian Delta. Varian yang perlu mendapat perhatian lebih karena penularan yang cepat dan bisa membahayakan mereka yang memiliki penyakit bawaan. Kudus menjadi daerah yang paling banyak pasien Covid 19 di Jawa Tengah.
Daerah-daerah penyangga pun membangun rumah sakit lapangan untuk mengurangi beban di Kudus dan di Bangkalan. Rumah Sakit Lapangan TNI Indrapura di Surabaya dan Rumah Sakit Lapangan TNI di Solo sudah mengurangi beban rumah sakit di Kudus dan Bangkalan.
Tanggal 13 Juni 2021 kompas.id melaporkan Rumah Sakit Lapangan Indrapura hampir penuh. Antisipasi untuk pengurangan beban harus segera dipikirkan dan dilaksanakan secepatnya agar tidak menimbulkan masalah baru. Kepanikan di masyarakat.