Lihat ke Halaman Asli

OtnasusidE

TERVERIFIKASI

Petani

Belajar Mental Illness dari Jatuh Cinta

Diperbarui: 5 September 2020   12:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tato tanda cinta gila I Foto: OtnasusidE

Pernah jatuh cinta. Pernah suka dengan perempuan atau lelaki. Pernah tertarik dengan lelaki atau perempuan. Wajar dan normal.

Pernah sakit hati. Pernah marah. Pernah cemburu. Pernah merasa dicampakan. Ahhh. Jatuh cinta itu berat. Kalau nggak kuat, lebih baik jomblo.

Itulah dunia. Jatuh cinta harus siap sakit hati. Bisa seminggu, sebulan, setahun bahkan bertahan menahun. Ada juga yang malah menutup hati atau malah mengumbar hati. Balas dendam, balas menyakiti orang lain. Ada juga yang cepat move on membuka hati.

Mohon sebelum melanjutkan membaca tulisan ini, perlu diingat bahwa yang nulis ini bukan psikolog apalagi psikiater. Penulis hanya suka membaca, menonton film, mendengarkan musik dan otak atik gathuk. Bagi yang mau, silahkan lanjut. Bagi yang tidak mau silahkan pilih tidak menarik.

Tulisan ini hanya untuk yang tidak serius dan hanya untuk membuka wawasan. Jauh dari serius, apalagi ilmiah.

Mari dilanjut. Arti cinta itu sangat relatif dan setiap individu berbeda satu sama lain begitu juga prosesnya sampai jadian. Apalagi cara nembaknya juga sangat berbeda. Tidak ada yang sama walau sebelumnya sudah direncanakan, mungkin curhat dulu dengan teman ataupun dengan kakak atau adik, tetapi selalu ada intrik dan perubahan di lapangan.

Setelah jadian, orang lain itu ada yang jadi property of. Ada yang nelpon sehari tiga kali. Syukurlah. 

Ada yang cuek bahkan pacarnya sampai mengajukan pertanyaan, "apakah kau tidak rindu aku?" Ada yang nelpon setiap jam. Ada yang kirim WA dan video call 24 jam sampai delapan kali.

Paling kentara adalah tagihan ataupun kebutuhan untuk komunikasi menjadi berlipat. Ada kecanduan untuk selalu mengetahui posisi serta lagi ngapain. Singkatnya ingin tahu segala-galanya.

Perlu diingat jatuh cinta ini mulai remaja sampai dewasa. Bahkan yang sudah tua, kakek nenek juga ada yang jatuh cinta lagi. Panah asmara itu tidak hanya menancap di hati non pejabat juga menancap di dada pejabat. Bisa selingkuh bisa juga tidak.

Kalau sudah begitu, dengan ciri begitu apakah orang jatuh cinta bisa disebut dengan sakit mental, gangguan kejiwaan alias mental illness? Stop. Jangan gitu dong! Kok langsung main label-labelin begitu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline