Apa yang ada dibenak kalau diundang kumpul di rumah teman yang merayakan Natal? Pagi-pagi tuan rumah, Ara sudah meneror dengan mengingatkan jalanan becek, berlumpur sedikit dan licin. Betul di kawasan perbatasan Banyuasin-Palembang.
Om Nduut dari Plaju sudah tarik gas. Demikian pula dengan kawan yang lain. Umek yang tinggal di Palembang coret tak kalah gesit sudah injak gas.
Kumpul bareng teman-teman Kompal memang agak susah-susah gampang. Apalagi masing-masing punya kesibukan masing-masing.
Beberapa hari sebelumnya Kompal ketemuan makan siomay dan pempek di rumah Nyai. Berbagai macam siomay yang menggugah selera bikin mulut ngeces juga dipamerkan di WA grup. Hadewww.
Khusus untuk undangan Natal ini, memang agak masuk ke dusun, di rumah Ara. Sebenarnya tidak dusun-dusun amat, cuma ya di pinggiran.
Sekali lagi pamer di grup WA bermacam panganan. Tape manis legit. Ubi dan turunannya. Pisang matang. Keripik sukun. Sungguh diri ini dibikin ngiri sembilu.
Khusus panganan ubi memang bikin diri ngilu. Pasalnya dulu sekali, waktu masih muda dan sering ngukur jalan oleh kaki kupu-kupu dibawaiin gastridin injek. Kalau usus di perut menari-nari tinggal cari tenaga kesehatan terdekat dan diinjek. Satu dua jam usus sudah tenang.
Satu waktu ada orang tua di suatu lokasi yang bilang coba sangu ubi kalau jalan. Sarang orang tua itupun dituruti dan hasilnya perlahan tapi pasti usus jarang menari dan akhirnya nggak pernah menari lagi.
Itu sebabnya ubi kayu dengan segala macam turunannya itu selalu menarik perut untuk melibasnya. Otak selalu memberi perintah untuk menikmatinya.
Kalau ada yang pamer ubi kayu dan turunannya biasanya langsung misuh. Misuh cuma bisa menikmati dalam halu.
Teman-teman di Kompal itu lucu-lucu. Sungguh lucu. Sampai saat ini bisa bertahan karena mereka semua tenggang rasa dan kompak serta rukun guyub.