Lihat ke Halaman Asli

OtnasusidE

TERVERIFIKASI

Petani

Mari ke Pagar Alam! Buktikan Si Rimau Hanya di Hutan Lindung

Diperbarui: 17 Desember 2019   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ah, segelas kopi dengan pemandangan Gunung Dempo I Foto: OtnasusidE

Sebanyak 100 pesanan kamar di Pagar Alam di batalkan di kawasan kaki Gunung Dempo. Ada 14 kamar minggu lalu di kota juga dibatalkan. Itu yang terkonfirmasi. Belum lagi para pelaku usaha yang biasa berjualan di kawasan tangga 2001 mengaku pasrah. Mereka biasanya Sabtu dan Minggu mendapat untung yang cukup besar dibandingkan hari biasa.

Mereka kini bingung sebingungnya menghadapi tahun baru yang semestinya mendapat untung mulai dari penjual makanan, mamang ojek, eh di Pagar Alam juga sudah ada ojek online loh, pemilik penginapan, warung makan, hingga ke angkutan perdesaan. Semua mendapat rezekinya sesuai dengan ukuran rezekinya.

Awal Desember lalu, ada tamu dari seluruh kabupaten kota di Sumatra Selatan. Mereka adalah pemangku kepentingan perencanaan. Bahkan ada juga tamu dari Jakarta dalam rombongan ini.

Beberapa bahkan adalah teman lama. Ketika diajak untuk ke atas (Tugu Rimau dan perkebunan teh di tikungan cinta) mereka menolak secara halus. Mereka biasanya akan menjelajah Pagar Alam dan menginap tiga malam dua hari, ini hanya menginap dua hari satu malam.

Kegiatan provinsi yang diadakan di Pagar Alam I Foto: OtnasusidE

Kalau sabar menunggu akan melihat Gunung Dempo yang dikeliling awan yang keren I Foto: OtnasusidE

Ini kerugian yang sangat besar.  Image  si rimau sudah merasuki. Ibarat lagu Salah Apa Aku menjadi lebih dikenal dengan  Setan Apa yang Merasukimu yang dibawakan oleh Ilir 7. Maaf ini cuma agar Kompasianer enak membacanya saja, tidak ada hubungannya dengan lagu.

Musibah ini sebenarnya sudah harus diperhitungkan oleh para pemangku kepentingan alias pemilik garuda di dada.  Loh ia toh,  karena mereka punya kuasa. Musibah ini juga sebenarnya harus sudah diketahui oleh para wakil rakyat yang duduk di Kompleks Gunung Gare.

Lalu akan menyalahkan si rimau yang pernah menjadi Maskot PON 2004 yang kini masih berdiri tegak walau kusam di Tugu Rimau.  Please deh.

Kemunculannya meresahkan masyarakat. Bahkan ada yang menyebutnya si rimau adalah peneror masyarakat. Mereka hanyalah petani yang mencari makan. Lalu kalau cari makan boleh merusak hutan lindung dan hutan adat gitu. Lalu boleh merusak dunia perhewanan yang menjadi rantai makanan si rimau.

Temanku yang berkaos merah tetap santuy walau baru kehilangan pesanan 14 kamar I Foto: OtnasusidE

Come on.  Kalau menulis berita, mengirim berita video, menulis status di media sosial mestinya jujur sejujurnya digali lebih dalam kebenarannya. Perhatikan efek dari berita, berita video, dan statusmu. Setiap  pencetan  tuts di  keyboard  ataupun di layar sentuh tentu punya maksud dan tujuan.

Ekonomi Pagar Alam sebenarnya menjual keindahan dan kearifan masyarakatnya. Titik. Kalau hutan lindung dan hutan adat rusak apakah indah? Kalau bukit gundul apakah indah? Kalau sungai tak berair apakah indah? Ekonomi Pagar Alam akan hancur kalau semua itu hancur.

Kalau si rimau punah maka akan tinggal tugunya saja di ketinggian 1.900 mdpl. Dikira selesai, justru kehancuran dimulai. Rantai makanan berubah. Itu lebih serem lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline