Lihat ke Halaman Asli

OtnasusidE

TERVERIFIKASI

Petani

Kondom, dari Nikmat ke Musibah

Diperbarui: 21 Juli 2019   18:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penampakan Kondom di Saluran Limbah di Mega Kuningan Jakarta I Sumber: detik.com

Sejak kuliah hingga kini, kondom menjadi satu benda yang terus menuai kontroversi. Ada yang setuju, ada yang menolak. Ada yang mengkait-kaitkan dengan menolaknya karena kepercayaan. Ada yang menyamakan kondom dengan seks bebas.

Segala sesuatu kalau mau dikaitkan dengan seks bebas bisa kok. Taman, pantai, gunung, motel, hotel, rumah sendiri kalau memang ingin melakukan seks bebas alias melakukan hubungan seks sebelum menikah bisa dijadikan tempatnya. Pelakunya mulai dari remaja sekolah dan dewasa, kalau untuk pasangan suami istri yang melakukan hubungan dengan bukan pasangannya, disebut dengan selingkuh. Silahkan dicari jejak digitalnya.

Dulu pernah menjadi relawan bersama-sama dengan dokter, dan juga tenaga medis lainnya memberikan penjelasan mengenai alat kontrasepsi kepada masyarakat di dusun. Seorang warga mengungkapkan kalau dirinya sudah menjelaskan pada suaminya, sama persis dengan yang telah dijelaskan oleh bidan waktu itu. Hanya saja ternyata dirinya masih tetap berbadan dua. Bidan yang waktu itu memberikan penjelasan, mukanya pun memerah.

Tim pun gelagapan. Ada yang salah memang. Mencontohkan pemasangan kondom di jempol. Yakin seratus persen, kalau ibu itu jujur dan memasangkan kondom di jempol suaminya sebelum melakukan perjalanan ke kenikmatan.

Sebagai seorang pejantan sendiri di tim akhirnya, Pak kades dan Bu kades serta aparat desa yang ada, ku minta ke depan. Bu kades diminta mencontohkan cara pemasangan kondom yang telah dijelaskan oleh tim sosialisasi alat kontrasepsi. Bu kades sudah benar menjalankan contoh dari tim sosialisasi alat kontrasepsi.

Jadi harus ada yang bilang lagi, kalau jempol itu adalah alat kelamin suami masing-masing. Ini yang harus ditekankan dan diingatkan dengan keras. Kondom harus, dipasangkan, disarungkan dengan benar ke kelamin suami, baru menjalankan tugasnya sebagai sepasang suami istri. Kalau disarungkan di jempol ya jebol pertahanan dan ngandung lagi.

Semua ngakak. Terpingkal. Bahkan ibu yang salah menangkap pemakaian kondom pun tertawa hingga menitikkan air mata.

Itu dulu. Lain dulu lain sekarang. Kini sudah ada alat peraga yang sama persis dengan alat kelamin yang bisa dibawa ke mana-mana kalau sosialisasi alat kontrasepsi kepada warga.

Dalam relasi lelaki dan perempuan, teknologi alat kontrasepsi perempuan begitu banyak sebaliknya teknologi kontrasepsi lelaki hanya kondom dan vasektomi. Kontrasepsi perempuan seperti implant, pil KB, IUD, suntik KB, dan tubektomi. Semua itu belum termasuk dengan efek samping dari penggunaan masing-masing kontrasepsi, mulai dari kerontokan rambut, kegemukkan, menstruasi yang tak teratur, sakit kepala dan sebagainya.

Tubuh perempuan seakan-akan menjadi ladang penelitian reproduksi untuk membangun keluarga yang sehat, terencana dan bertanggungjawab. Tubuh perempuan dieksploitasi demi umat manusia. Bagi kaum feminis, ini tentu tidak adil.

Daripada dikritik oleh kaum feminis, kaum lelaki ayo berkondom. Kondom yang dipakai lelaki, sedikit sekali efek sampingnya baik pada lelaki maupun perempuan. Dengan memakai kondom sebenarnya lelaki sudah menolong istrinya, menjauhkannya dari efek samping alat kontrasepsi perempuan. Ada alat kontrasepsi sistem kalender, tetapi terkadang kurang efektif, apalagi kalau lagi pas ingin, ngeong-ngeong apakah nggak bahaya. Bagi perempuan berumur 35 tahun ke atas dan memiliki riwayat darah tinggi, jantung. Ini termasuk resiko tinggi dalam kehamilan. Mau, hidup menduda sambil membesarkan anak-anak sendiri!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline