Lelaki itu memiliki sejuta ponsel pintar. Lelaki itu memiliki begitu banyak akun media sosial. Dengan satu kali perintah pada kecerdasan buatan yang dimilikinya, maka tidak ada yang tidak trending.
Semua berpikir dia bisa menjadi king maker untuk semua keperluan dan kepentingan serta keinginan. Dia paling ditakuti dan paling dicari untuk dimintai konsultasinya. Baik lawan maupun kawan berusaha mencarinya.
Semua butuh bantuannya untuk menekan lawan ataupun kawan. Bayarannya tidak ada yang tahu? Apakah jam-jaman atau bahkan menit-menitan? Semua serba misterius. Begitupun untuk menemuinya tidak ada yang bisa. Info yang beredar, sang pemilik kecerdasan buatan yang akan menemui dan menawarkan jasa tanpa harus tatap muka. Pembayaran di muka, ditransfer ke rekening yang selalu berubah-ubah di negara surga pajak.
Apapun yang dipesankan padanya pasti akan menjadi trending. Baik mereka yang memang kaki tangannya ataukah bukan. Semua menjadi ikut dirinya. Ibarat bola salju yang mengelinding, yang semakin lama semakin membesar sehingga tak terbendung lagi. Melibas siapa saja yang ada di depannya.
Hampir tak ada yang bisa membendungnya kecuali orang nekat dan pemberani yang membawa peledak untuk diledakkan di bagian tengah bola. Orang-orang tersebut sangat sedikit karena menggunakan otaknya untuk berpikir dan menganalisis atas apa yang terjadi.
Orang yang menggunakan otak inilah yang ditakuti oleh lelaki penguasa kecerdasan buatan. Keduanya seperti ying dan yang. Baik dan buruk. Keduanya saling mengintip bila berperang. Ibarat penembak runduk yang harus melindungi dirinya agar tak terlihat samarannya oleh sang lawan ataupun target.
Pemerintahan pun digoyang oleh penguasa kecerdasan buatan. Ibarat kata, penguasa kecerdasan buatan berkuasa di dunia maya sedangkan pemerintah berkuasa di dunia nyata. Narasi-narasi untuk membuat publik tak percaya dengan pemerintahan disemburkan secara masif.
Akibatnya, mereka yang malas untuk cek ricek alias cek silang seperti bola salju tersambar. Mereka pun menjadi korban. Apa lacur bahan semburan sudah pula dimuntahkan di media sosial milik. Apalagi kalau semburan itu prasangka yang tidak benar? Duh Gusti, sudah tertebak akhirnya menyesal.
Ada yang aneh memang dalam tubuh lelaki yang menguasai kecerdasan buatan, hampir tak terkalahkan dalam urusan trending. Dihapus satu, muncul ratusan bahkan ribuan. Apakah dirinya perwujudan dari hidra, salah satu mitologi Yunani? Entahlah.
Akupun memberikan kode-kode di dunia maya agar dapat bertemu dengannya. Medsos pun tak ketinggalan kuuber. Demikian pula dengan iklan baris di koran. Semua kutelusuri satu demi satu untuk dapat menemuinya, bertatap muka. Deep web pun kujelajahi.
Hingga satu waktu, ada surel masuk. Sang pemilik kecerdasan buatan ingin bertemu. Bertatap muka dengan catatan, tidak ada foto ataupun jejak digital yang bisa membuktikan sosok sang pemilik kecerdasan buatan.