Lihat ke Halaman Asli

OtnasusidE

TERVERIFIKASI

Petani

Cinta yang Tadinya Luar Biasa Jadi Biasa Saja

Diperbarui: 3 Juli 2019   14:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini Bukan Cinta dalam Sepotong Roti. Ini Cinta dalam Dua Potong Martabak | Foto: OtnasusidE

Anda pernah merasakan jatuh cinta? Bersyukurlah! Anda pernah merasakan menikah? Bersyukurlah! Anda pernah merasakan menunggu kelahiran bayi? Bersyukurlah! Anda pernah kesal dengan anak? Bersyukurlah!

Anda pernah berkelahi dengan pasangan anda? Bersyukurlah! Anda pernah adu mulut dengan pasangan anda? Bersyukurlah!

Anda pernah pada satu waktu tidak ada uang sedangkan saat itu anda sangat butuh uang untuk makan? Bersyukurlah!

Itulah drama cinta. Bagi yang tidak pernah mengalaminya berarti cintanya mulus semulus muka temanku dulu waktu kuliah. Nyamukpun jatuh ketika menempel di mukanya. Perumpamaan itu memang bikin ngakak. Dan hampir semua lelaki di jurusanku mengakui kemulusan teman perempuanku itu.

Seorang teman bahkan rela tidak menjalin hubungan dengan seorang perempuan cantik lagi pintar dan kaya. Padahal perempuan itu sudah mengajaknya berhubungan. Berhubungan itu berpacaran maksudnya bukan berhubungan badan.   Payo   ngakaklah.

Pasalnya sang lelaki dan si perempuan terjadi silang pendapat yang sangat tajam. Dalam satu diskusi sore di kampus, di bawah pohon cemara ditemani burung gereja dan pempek plus kemplang  tunu,  si perempuan mengungkapkan kalau dalam berhubungan adalah penjajakan terlebih dulu. Bukan nantinya langsung kawin.

Beda dengan sang lelaki. Si lelaki bersikukuh kalau dalam berhubungan muara tertinggi adalah perkawinan. Perbedaan itu menajam sehingga si lelaki menyatakan kalau mereka hanya berteman saja. Tetapi si perempuan bersikukuh kalau mereka tetap pacaran. Puzziiing palak.

Si lelaki sempat menuliskan pandangannya di sebuah koran lokal. Dibalaslah pendapatnya oleh si perempuan melalui sebuah surat. Akhir cerita hubungan itu tak berbekas. Menjelang tamat kuliah si perempuan menemui si lelaki dan pamit untuk kerja di sebuah bank swasta ternama. Wak wak wak. Kalem.

Pada satu waktu, teman lelaki betul-betul jatuh cinta. Jarak dilibas. Hujan tak dirasa. Panas tak terasa.

Telepon umum menjadi tujuan menjelang malam. Satu waktu pernah apes. Telepon umum yang biasa digunakan rusak. Berjalan mencari telepon umum hampir sama semua, kalau tak rusak, lagi dipakai orang pacaran. Akhirnya malah di dekat rumah sang dewi ada telepon umum.

Begitu koin dimasukkan dan  say hello.  Sang dewi bertanya di mana, ketika dijawab oleh si teman di dekat rumahnya, sang dewi ngambek kenapa nggak mampir sekalian. Jantung berdegup kencang. Tangan ini bergoyang ketika untuk pertama kalinya minum teh pakai tatakan. Gugup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline