Hati ini remuk redam. Hancur berkeping-keping. Luluh lantak.
Apa pasal. Pasalnya tak lain dan tak bukan. Diri ini tidak mungkin selamanya siap bila dibutuhkan oleh teman perempuan yang bertato kupu-kupu di kaki kanannya.
Perempuan bertato kupu-kupu sudah memiliki orang yang siap sedia, kapan pun dibutuhkan. Sudah enam bulan lebih diri ini didiamkan oleh perempuan yang sudah memberikan 3 mata terindah.
Pagi ini ketika menemaninya menjadi asesor di sebuah kota, diri masih guling-guling sedangkan teman perempuan sejak pagi keluar tanpa sarapan bareng. Diri Cuma bisa meluk guling.
Baru mau sarapan ke bawah, telepon masuk. "Tolong beliin mie ... udangnya minta tambah!" kata teman perempuanku.
Tanpa basa-basi. Diri langsung naik ke atas. Mandi secepat kilat. Langsung cari Onjol ke lokasi mie.
Di lobby tempat teman perempuan melakukan tugasnya ada beberapa restoran. Kami pun duduk di salah satu restoran. Memesan paket sarapan pagi.
Dan mie itupun dilahap dalam kantung plastik. Itulah salah satu yang aku suka dari perempuan bertato kupu-kupu ini. Terkadang lupa table manner. Paling penting baginya adalah tidak merugikan orang lain.
Selain mie yang tinggal plastiknya saja. Paket sarapan pun ludes. Hanya kuning telur yang diberikan padaku. "Kau butuh kolestrol agar bisa berdiri," katanya tersenyum.
Perempuan itu selalu melihat notifikasi di hapenya. Tetiba dia langsung berdiri, mengecup keningku di tengah keramaian restoran. "Terima kasih," ujarnya. Perempuan itu berjalan lurus bak peragawati meninggalkan diri di restoran. Boyoknya geal geol seperti olahragawati twerk.
Diriku bersyukur karena ternyata masih dibutuhkan oleh teman perempuanku. Diriku akhirnya menjadi pilihan setelah enam bulan tak pernah dimintai tolong untuk beli makanan.