Selama tiga minggu terakhir, daku bersama teman perempuanku berada di ibu kota RI. Kami berputar-putar di sekitaran Jakarta pusat.
Pasalnya tak lain dan tak bukan adalah menjaga titipan Ilahi agar mendapat pendidikan yang baik. Kami mendapat tiga titipan Ilahi. Satu bertubuh tinggi besar, bersepatu ukuran 44 walau baru mau belajar di kelas X. Satu lagi Kevin yang sekarang agak kalem karena mukanya sudah berjerawat. Dan selalu membawa pewangi ketek karena keteknya kalau keringatan bau. Satu lagi Kayla yang akan belajar di kelas 7. Perempuan mungil yang suka nyampur seperti cendol. Jadi tahun ini ada dua titipan Ilahi yang akan pindah sekolah.
Kakak ingin sekolah di CC. Sekolah ini membuat aku dan temanku yang membrojolkan Kakak pusing tujuh keliling. Bukan masalah Kakak tak sanggup mengikuti mata pelajaran tetapi masalah kedisiplinan dan gaya Kakak yang selengekan. Apakah itu bisa diterima oleh pihak sekolah?
Mengubah gaya Kakak itu sungguh membuatku takut. Ngusilin adik-adiknya salah satu. Salah dua adalah dia keras kepala, persis sama dengan yang membrojolkannya. Salah tiga adalah kalau dia nggak suka dia akan tunjukkan. Piye iki.
Kawasan seputaran CC itu juga bikin keder. Mall dan juga tempat makan yang lumayan harganya. Ahhh kalau ini mah urusan maknya. Aku nggak ikut. Maknya pandai cari duit. Wak wak wak.
Kayla ingin sekolah di S. Sebuah sekolah yang legend. Walau demikian Maknya juga kelimpungan. Pasalnya Maknya dulu pernah sekolah dengan seluruh muridnya adalah berlogo bulat dan tanda +.
Ketika kami masuk di sebuah warung kopi di dekat sekolah S, pada waktu makan siang. Maknya langsung terbelalak. Hadeewww. Ternyata isinya sebagian besar adalah anak-anak sekolah S.
Kejutan. Wak wak wak. Padahal kami sering ke warung kopi tersebut karena tempatnya asik. Biasanya untuk sarapan pagi ataupun malam hari ketika kepala lagi suntuk. Kami belum pernah ke sini pada jam makan siang
Sambil menikmati cold brew coffee dan empat potong roti yang salah satunya berisi tuna, Maknya berguman. "Bangkrut aku kalau begini," katanya.
Daku sih senyum senyum saja karena belum dimintai pendapat. Dan aku paling tak suka bersuara kalau dalam kondisi seperti ini. Tahu dirilah. Daku bukan pencari uang. Wak wak wak.