Lihat ke Halaman Asli

OtnasusidE

TERVERIFIKASI

Petani

Hari ke-10 A Man Called Ahok Bertahan di 45 Bioskop di Jakarta

Diperbarui: 19 November 2018   01:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: jadwalnonton.com

Hingar-bingar perfilman Indonesia dalam 10 hari terakhir antara A Man Called Ahok vs Hanum & Rangga akhirnya mulai terlihat titik terang. Ada begitu banyak drama di Media Sosial dan pemberitaan media mainstream. Tulisan ini tidak akan membahas soal drama di Media Sosial dan juga pemberitaan media mainstream. Tulisan ini hanya ingin mengungkapkan kalau penonton sudah menentukan pilihannya.

A Man Called Ahok menembus satu juta penonton. Sebuah pencapaian yang sangat baik untuk sebuah film yang "mendekati biografi seseorang". Sebuah film yang menggelitik keingintahuan orang mengenai Ahok.

Sebuah film yang membumi. Sebuah film yang bercerita mengenai kehidupan sehari-hari dalam kehidupan yang sangat lokal banget. Kelokalan inilah sebenarnya yang menjadi pemicu orang untuk melihatnya. Inilah sebenarnya yang dikangenin oleh para penggemar film.

Kalau dalam penelitian ilmiah, novelty  A Man Called Ahok ada. Orang ingin lihat latar belakang Ahok. Orang ingin lihat keluarga Ahok. Orang ingin lihat sisi non politik Ahok. Orang ingin lihat Belitung. Ini daya ledaknya.

Dalam tulisan aku sebelumnya, perlu diingat bahwa insan film, "para crew film dan juga pendukung film serta aktor film masing-masing kuyakini tak mau berpusing ria dengan latar belakang pertarungan mereka yang tak terlibat langsung dengan film masing-masing. Crew, pendukung dan aktor adalah orang-orang profesional. Itu dulu yang harus dicamkan".

"Pertarungan keduanya, sebenarnya adalah  test  the  water  pada para penonton oleh orang-orang yang tak terlihat dan tak terlibat langsung dengan film.  Oiii  penonton silahkan dipilih sesuai minat ya!". Lihat Menanti Akhir AMCA dan H & R.

Akhirnya penonton sudah menentukan pilihan. A Man Called Ahok menembus satu juta penonton.

Orang buat film tentunya agar ditonton banyak orang. Itu paling penting. Buat film itu pakai duit, untuk bayar crew dan juga pemain, bayar pemasaran dan lain sebagainya. Kalau tak ditonton artinya tak ada pendapatan. Investasi yang sudah ditanamkan gak balik dong. Balik modal saja tidak, apalagi mau dapat untung kalau film tidak ditonton.

Ukuran  box  office  dalam film misalnya tentu dari pendapatan dan jumlah penonton. Orang akan lebih mengenal film  box  office  daripada film yang bukan  box  office.  Itu hukum alam bisnis.

Nah,  bagi hasil film dari tiket seharga Rp 40.000 hingga Rp 55.000 itu aku nggak tahu. Jadi silahkan dihitung yang paling rendahnya dulu saja, dihitung Rp 40.000 x 1.000.000. Hasilnya tentu akan dibagi-bagi. Silahkan insan yang terlibat dalam bisnis film yang menjawabnya.

Dalam tulisan terdahulu, aku sampaikan film yang dijual oleh bioskop akan tetap dipertahankan kalau peminatnya masih tinggi. Layar akan digulung kalau peminatnya sudah mulai berkurang.  Nah,  nggak usah ribet-ribet. Mari kita lihat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline